|Beranda|berita|Tarbiyah

Andaikan Mereka Tahu Cinta Kita....


” sesungguhnya telah datang kepadamu seorang rosul dari kamu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat mengiginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin". Itulah pujian Allah yang diberikan kepada Rasulullah, karakter yang mulia, karakter yang juga sekaligus menjadi "rahasia" kesuksesan dakwah Rasulullah. beliau begitu empati pada masalah umat, begitu peduli dan juga begitu cinta. Cukuplah ucapan "ummati... ummati..." (umatku...umatku) menjelang beliau wafat sebagai buktinya. Cinta kepada ummatnya tidak hanya didunia, tapi dibawa sampai ke akhirat, beliau akan memeberikan syafaat kepada umatnya, beliau akan menjadi manusia terakhir dikalangan umat Islam yang masuk surga. Bukan karena beliau tidak bisa masuk sorga sendirian, tetapi karena cintanya kepada umat, memastikan bahwa seluruh umatnya masuk surga. subhanallah.
Masih ingatkah kita tentang kisah yang begitu luar biasa pasca kewafatan rasulullah. Abu bakar sebagai khalifah pengganti Rasul mengantikan seluruh peran rasul sebagai pemimpin umat. termasuk meneruskan amanat pribadi rasul . Setiap hari abu bakar datang ke rumah orang yahudi yang buta dan sangat tua, untuk memberikan makan sekaligus juga menyuapi orang tua tersebut."Tugas" yang selama ini dilakukan Rasul, tanpa diketahui oleh orang tua tersebut. Tetapi uniknya orang tua tersebut selalu memaki-maki Rasulullah dalam setiap kesempatan, karena orang tua tersebut buta, dan juga rasul tidak pernah menyebut identitasnya dihadapan orang tua tersebut. Tetapi yang lebih "unik" adalah rasul tetap istiqomah memberikan makan dan sekaligus menyuapinya. Seperti yang kita ketahui, orang yang pernah menyuapi kita adalah orang yang paling mencintai kita, salah satunya adalah ibu. Berarti begitu besar cinta rasul kepada orang tua tersebut walaupun dimaki-maki setiap hari. Tahukah antum, orang tua itu baru tahu bahwa yang memberikan makan kepadanya dan yang menyuapinya selama ini adalah Rasul yang mulia, yang selama ini pula ia maki-maki. orang itu baru tahu setelah diberi tahu oleh abu bakar. yang akhirnya mebuat dia sadar dan bertaubat dan akhirnya memeluk agama Islam. Subhanallah.
Itulah salah satu rahasia keberhasilan dakwah Rasul. Sebuah risalah yang jelas kebenaranya yang kemuadian disampaikan kepada umat manusia dengan kasih sayang, cinta, pengorbana, empati dan semangat untuk menyelematkan umat dengan mengajak kepada Islam. Sekali lagi Islam tidak hanya benar, tetapi didakwahkan secara benar.
Ada sebuah penuturan yang cukup menarik dari mantan rohaniawan sebuah agama, yang akhirnya ia memeluk Islam. Dalam agamanya yang lama, "daya tarik" agama tersebut bukan pada kebenaran agama tersebut, karena memang ajarannya tidak sesuai dengan fitrah dan tidak masuk akal dan yang jelas buatan manusia. Oleh karena itu betapa banyak orang yang sudah mencapai tarap "ulama" dalam agama tersebut, akhirnya mereka memeluk agama Islam setelah menyadari kesalahan ajaran agama tersebut dan menyadari kebenaran Islam. Tetapi, lanjut mantan rohaniawan agama tersebut, yang menjadi "daya tarik" agama tersebut adalah jargon cinta dan kasih sayang yang mereka kemas sedemikian rupa, yang mereka lembagakan, yang mereka kurikulumkan, yang mereka doktrinkan secara sistematis melalui sekolah calon rohaniawan mereka, mereka kemas jargon cinta dan kasih sayang mereka dengan pemahaman antropologi dan sosiokultural yang begitu mendalam, penguasaan psikilogi manusia maupun psikologi sosial. Bagaiman secara cerdas mereka bisa masuk ke jantung pertahanan umat islam. Mereka secara gilang-gemilang mengambil satu-persatu umat islam dari pangkuan islam, bukan dengan modal kebenaran agama mereka atau kesalahan agama Islam, tetapi dengan modal "cinta dan kasih sayang". Mereka paham betul yang dibutuhkan oleh orang yang kelaparan adalah makanan, mereka paham betul yang diperlukan oleh masyarakat marjinal adalah perhatian dan kasih sayang, mereka paham betul yang diperlukan oleh pengangguran adalah pekerjaan yang layak, mereka paham betul yang diperlukan orang tua adalah pendidikan yang pantas dan murah bagi anak-anak mereka. Dan mereka bisa memberikan semuanya. Mereka datangi kawasan kumuh -yang para da'i belum menyentuhnya-, mereka bagikan makann, mereka beri pekerjaan pemuda mereka, mereka berikan ketrampilan kepada mereka, mereka berikan pendidikan gratis. Mereka advolasi, mereka rela tidur ditempat kumuh, bahkan ada kisah yang cukup kesohor adalah bagaimana seorang rohaniawan agama tersebut rela tidur berbulan-bulan lamanya bersama dengan mereka "dengan atas nama cinta". Siapa yang tidak kepincut dengan "cinta" mereka. dan akhirnya sang rohaniawan tersebut secara perlahan tapi pasti berhasil memurtadakan umat Islam. Di sisi lain memang benarlah sabda Rasul bahwa kefakiran mendekatkan pada kekafiran. Diakhir pemaparannya amantan rohaniawan agama tertentu yana akhirnya masuk Islam menyimpulkan bahwa, agama lamanya tersebut sangat tergantung dengan "performance" cinta para pengemban misinya. Berbeda dengan Islam yang memang sudah benar dari "sononya", asal sedikit saja manusia berpikir oblektif dan berpikir rasional, pasti manusia akan memilih Islam.
Apakah disini saya mengajak untuk meneladani mereka? demi Allah tidak, sekali lagi demi allah tidak. cukuplah rasul sebagai teladan kita. Cinta rasul kepada umat manusia dibangun atas dasar iman, begitu pula seharusnya kita. cinta kita kepada manusia bukan atas dasar dorongan psikologi atau sekolah kepribadian tapi atas dasar iman.
Dengan landasan cinta kepada umat inilah Insya Allah dakwah Islam akan kembali menemui kejayannya. Orang akan berbondong-bondong mendukung barisan dakwah. Cinta kita bukan cinta semu,cinta kita bukan sekedar janji tapi cinta kita adalah cinta yang terbukti, cinta yang diwujudkan dengan nyata. hasan al-banna pernah menyampaikan " seandainya umat ini tahu bahwa mereka lebih kami cintai daripada diri kami sendiri niscaya umat ini akan berbondong-bondong untuk mendukung dakwah ini". wallahu a'lam bisshawab

Perjuangan yang Bervisi....


Ada sebuah fragmen yang menarik, pada suatu hari ada seorang pemuda yang “iseng” bertanya kepada tiga orang tukang bangunan yang sedang bekerja. Mereka mengerjakan bagian bangunan yang sama , yaitu pondasi. Mereka sama-sama membangun pondasi sebuah SDIT. Dari tempat yang agak jauh, sang pemuda mengamati aktivitas empat orang itu. Dari hasil pengamatannya tampak sekali perbedaan diantara mereka. Tukang bangunan pertama, tampak bekerja dengan ogah-ogahan, tidak semangat, sesekali tampak giat itupun ketika sang mandor datang, setelah mandor pergi, sang tukang bangunan kembali “nyantai”. Tukang bangunan yang kedua, tampak lebih giat, ada kerja keras nampaknya, tetapi dari raut mukanya ada guratan “beban” yang sangat terlihat, ceria kadang-kadang, itupun setelah sang mandor datang. Berbeda dengan tukang bangunan yang ketiga, tampak sekali ia sangat bersemangat, bukan hanya semangat tetapi sangat ceria. Baik ketika ada mandor atau tidak.
Akhirnya karena penasaran sang pemuda tersebut juga “iseng” bertanya kepada tiga tukang bangunan tersebut. Kepada tukang bangunan pertama sang pemuda bertanya, “ sedang ngapain pak?”, “sedang buat pondasi mas” jawab tukang tersebut dengan tidak semangat. Kemudian pemuda tersebut bertanya kepada tukang kedua, bertanya dengan pertanyaan yang sama, “lagi buat apa pak?” dengan wajah agak tegang sang tukang menjawab “sedang buat sekolahan mas”. Kemudian pertanyaan yang sama juga diberikan kepada tukang bangunan ketiga, dengan mantap dan diiringi seulas senyum yang terus berkembang sang tukang menjawab, “sedang membangun peradaban Islam mas”.
Ikhwah fillah, dari ilustrasi di atas ada beberapa hal yang bisa kita ambil pelajaran. Ternyata ada korelasi yang kuat antara “visi” seorang tukang bangunan dengan effort yang ia lakukan (tentunya juga kualitas bangunann yang dihasilkan). Seorang tukang bangunan yang hanya bervisi sejauh pondasi, berbeda dengan tukang bangunan yang bervisi bangunan sekolah. Seorang tukang yang bervisi bangunan sekolah berbeda dengan tukang bangunan yang bervisi peradaban Islam. Ternyata semangat jauh visi seorang tukang bangunan semakin baik pula performance nya.Oleh karena, bisa jadi, itulah mengapa Imam Nawawi dalam Kitab Riyadlus shalihin, menempatkan hadits tentang niat pada urutan pertama. “ Setiap amal sesuai dengan niat (visinya)nya”.
Seperti tukang bangunan, seorang dai yang beramal dakwah harus memiliki visi dakwah yang kuat, yang jauh ke depan. Berbeda seorang dai yang bervisi dengan seorang dai yang tidak bervisi. Berbeda dai yang bervisi kuat dan dai yang bervisi lemah. Berbeda dai yang bervisi dangkal dan dai yang bervisi jauh kedepan. Berbeda seorang dai yang bervisi sebatas program kerja dengan dai yang bervisi shohwatul Islam. Berbeda seorang dai yang bervisi asal akhi atau ukhti senang dengan seorang dai yang bervisi asal Allah Ridla.
Tanpa visi dakwah yang kuat dan jauh kedepan dari setiap dai, maka dai akan mengalami disorientasi dalam dakwah, dai bukan lagi menyeru kepada Allah tetapi menyeru kepada diri sang dai itu sendiri, akan banyak timbul permasalahan dalam dakwah. Sejarah telah mencatat betapa banyak da'i yang berguguran di jalan dakwah, betapa banyak terjadi konflik diantara para dai. Dengan penyebab utamanya adalah kelemahan visi dakwah seorang dai.
Syaikh Mustafa Masyhur allahu yarham, dalam salah satu bukunya menulis, bahwa salah satu permasalahan mendasar yang harus di pahami oleh dai adalah visi dakwah. Apa, mengapa dan bagaiman kita berdakwah. Berdakwah pada dasarnya adalah kebutuhan kita. Kepentingan kita. dakwah adalah transaksi pribadi kita dengan Allah, dengan imbalan bebas dari api neraka, transaksi dengan imbalan surga, transaksi dengan imbalan berupa ampunan dari Allah. Dengan dakwah kita berarti menunaikan amanah kita sebagai khalifah di bumi, berati kita menunaikan perintah Allah untuk menyeru kepada kebaikan, amar ma'ruf dan nahi munkar, menegakkan izzah islam dan kaum muslimin.
Proyek dakwah ini bukan proyek satu atau dua tahun, tapi proyek yang usianya lebih panjang dari usia kita. Yang perlu kita pahami bahwa dakwah akan terus berjalan sampai tidak ada fitnah di muka bumi, sampai aturan Allah sebagai acuan bagi seluruh umat manusia. Sampai Islam menjadi soko guru peradaban dunia, suatu peran yang saat ini di ambil oleh musuh-musuh Allah. Yang tentunya untuk menjadi soko guru peradaban dunia tidak bisa kita peroleh dalam seketika, tetapi memerluakan sebuah proses yang sistematik, dan juga memerlukan waktu.
Dakwah kita hendaknya dimulai dari pembentukan pribadi muslim yang kaffah, muslim dari segi akidahnya, muslim dari segi ibadahnya, muslim dari segi akhlaknya, muslim dari segi pemikirannya, muslim dari segi pekerjaanya, muslim dari segi perekonomiannya, muslim dari segi cara berpolitiknya, muslim dari segi pengambilan hukum dan muslim dalam segala hal. Dan ciri khas dari pribadi muslim yang kaffah adalah menjadikan Allah sebagai tujuan, menjadikan Rasulullah SAW sebagi teladan, menjadikan Al-quran sebagai acuan hidup, menjadikan perjuangan di Jalan Allah sebagai pilihan hidup serta mempunyai cita-cita tertinggi untuk mati di jalan Allah. Kepribadian muslim ini mustahil akan tercapai, kecuali dengan apa yang dicontohkan oleh Rasul, yaitu tarbiyah yang berkelanjutan. Kemudian dari setiap pribadi muslim, baik dari kalangan muslimin maupun muslimat membentuk sebuah keluarga yang islami, yang tentunya diawali dengan pernikahan yang Islami pula. Dengan adanya pernikahan yang Islami diharapkan akan lahir anak-anak yang tumbuh dan berkembang dalam lingkungan Islam, yang diauh dengan penuh kasih saying dari ayah dan ibu yang Islami. Dari beberapa keluarga yang Islami memberikan sebuah pencerahan kepada lingkungan dan masyarakat, kemuadian dari masyarakat yang baik akan muncul pemimpin-pemimpin yang baik (eksekutif, legislatif maupun yudikatif)yang ia akan melakukan perbaikan kepada segala bentuk kebijakan, undang-undang maupun hukum produk pemerintah. Dari pemerintahan yang baik akan muncul sebuah negara yang baik, dari beberapa negara yang baik akan muncul sebuah institusi (seperti PBB atau uni eropa) yang siap membela kebenaran dan keadilan sesuai dengan aturan allah. Dari sinilah predikat Islam sebagai soko guru perdaban dunia dapat tercapai.
Mungkin bagi orang yang pesimis, cita-cita ini adalah sebuah utopia, mimpi belaka. Apalagi dengan melihat realita yang ada saat ini, umat Islam dimana-mana di “kuyo-kuyo”, difitnah sebagai teroris, dijajah, diisolasi, diboikot. Tidak ada Negara yang dirundung konflik kecuali disitu pasti Negara Islam. Saat ini dunia sedang dikuasai oleh orang-orang yang bukan hanya tidak Islam, tetapi juga memusuhi Islam secara militan dan radikal.
Tetapi bagi orang yang percaya kepada janji Allah, tidak demikian. kalau kita simak perjalanan dakwah rasulullah maka kita akan melihat bahwa dakwah rasul begitu luar biasa, islam tumbuh di suatu kawasan yang tidak diperhitungkan oleh semua peradaban besar waktu itu, kawasan yang di apit oleh dua imperium besar , Romawi dan Persia. Selain faktor eksternal kawasan yang tidak mendukung, ternyata di internal kawasan arab sendiri umat islam di kuyo-kuyo, dikatakan gila, penyihir, pembohong, perusak persatuan, orang yang meninggalkan tradisi leluhur. Selain itu umat Islam waktu itu juga diludahi, disiksa, dilempar batu, diusir dari rumahnya, di boikat selama bertahun-tahun di suatu gurun yang gersang. Kalau dari hitung-hitungan matematis, TIDAK MUNGKIN Islam akan tumbuh dan berkembang seperti yang kita lihat saat ini. Tetapi kenyataan berkata lain, dalam waktu yang tidak terlalu lama (35 tahun) umat Islam menaungi sepertiga dunia. Subhanallah. Kekuatan visi dakwah, perencanaan dan pengamalan dakwah yang begitu sistematis dan bertahap, ditopang dengan tauhid dan ukhuwah diantara kaum muslimin. Kemenangan itu datang juga. Allahu Akbar
Terkait dengan visi dakwah, dalam proyek dakwah yang panjang ini, bisa jadi kita tidak merasakan hasil perjuangan kita. Bisa jadi apa yang kita lakukan tidak terlalu "berkontribusi" kepada hasil akhir sebuah proyek dakwah. Tetapi yang perlu kita ingat bahwa sesedikit apapun kontribusi kita, tetap mendapat perhitungan dari Allah. Selain itu kita perlu memastiakan bahwa kerja-kerja kecil kita dalam dakwah, sejalan dan seiring dengan arus besar Visi dakwah ini, bukan sebaliknya. Wallahu a’la

Pemuda harapan.....


Subhanallah suasana malam itu begitu indah, di sebuah Masjid yang begitu besar, ratusan orang hadir untuk menjemput malam seribu bulan, lailatur qadar. Mereka datang berbondong-bondong bersama anak dan istrinya untuk I’tikaf. Cukup menarik, sejak kecil anak-anak sudah dibiasakan untuk akrab dengan masjid dan Al-qur’an. Tadarus bersama-sama setelah tarawih kemudian Qiyamul lail pada sepertiga malam terakhir. Subhanallah.
Yang lebih istimewa lagi adalah kehadiran bebarapa orang pemuda di masjid tersebut. Diantara mereka ada yang pelajar, mahasiswa(S1-S3) maupun pekerja. Di tengah-tengah kesibukan belajar, maupun pekerjaan, mereka menyediakan waktu khusus untuk I’tikaf, terutama di sepuluh hari terakhir Ramadlan. Tetapi sayang, jumlah mereka tidak sebanyak bapak-bapak (kakek-kakek) dan anak-anak. Kemana pemuda yang lain?semoga mereka sedang I’tikaf di masjid yang lain. Amin.
Salah seorang ulama terkemuka dunia, ketika berbicara dihadapan puluhan ribu pemuda di masjid Al-Azhar Jakarta menyampaikan bahwa beliau berharap Negara Indonesia menjadi pioner kebangkitan umat Islam di seluruh dunia. Harapan itu muncul dengan semakin meningkatnya kesadaran berislam dari kalangan pemuda terpelajar di Indonesia. Mereka bangga dengan Islam dan siap membela Islam, ditengah-tengah gelombang ghazwul fikri (perang pemikiran) yang mengepung mereka. Beliau menambahkan, sebuah agama atau falsafah mengalami masa kejayaanya ketika pemuda sebagai pengusung utama agama atau falsafah tersebut.
Kalau kita lihat dalam sejarah peradaban Islam, peranan pemuda sangatlah besar, di mulai sejak awal kenabian. Seperti yang kita tahu, Rasulullah mendapat wahyu dari Allah pada usia 40 tahun. Rasul juga memiliki beberap sahabat pilihan waktu itu, salah satu sahabat Rasul yang paling senior adalah Abu Bakar, yang lebih muda satu tahun dari Rasul. Sahabat yang lain, terutama assaabiquunal awwalun, rata-rata usia mereka jauh lebih muda daripada beliau. Mereka inilah orang-orang yang mendapat pembinaan langsung dari Rasul. Mereka inilah orang yang membela Rasul dan Islam ketika diserang secara fisik dan psikologi. Mereka inilah pengusung utama dakwah Islam pada masa itu. Dengan melalui tangan merekalah dalam waktu relative singkat, cahaya Islam membentang dari Maghrib (maroko) di afrika, sampai negeri Cina di Asia Timur. Melalui perantara generasi pemuda sahabat rasul inilah dakwah Islam menjangkau 1/3 kawasn dunia. Besarnya peran pemuda dalam masa-masa awal dakwah Islam menunjukkan bahwa Islam memberikan perhatian khusus kepada pemuda.
Pada suatu saat Hasan Al-Banna ketika berbicara tentang kondisi umat Islam, yang mengalami kemunduran yang sangat luar biasa,menyampaikan bahwa umat Islam saat ini sedang mengalami kebangkrutan, semua asset sudah habis. Setelah runtuhnya kekhilaahan Turki Utsmani, umat Islam semakin terpecah-pecah. Seluruh Negara Islam dijajah oleh negara-negara Eropa, kekayaan alam mereka dikuras habis, kebebasan berislam dipasung, akhlak dan pemikiran mereka diracuni oleh ideologi sekuler, pemurtadan ada di mana-mana. Tapi, menurut beliau, masih ada satu aset Islam yang masih tersisa, yaitu PEMUDA. Kenapa pemuda? Karena dalam diri pemuda memiliki keunikan dan ciri khas dibandingkan dengan kelompok usia yang lain. Pertama, pemuda memiliki keikhlasan, kemurnian orientasi perjuangan. Tidak ada pamrih, kecuali pamrih untuk mendapatkan surga. Pemuda tidak terikat dalam sebuah kepentingan, kecuali kepentingan untuk terbebas dari adzab yang pedih. Kedua, pemuda memiliki semangat. Dengan semangat semacam inilah hamper seluruh perubahan di dunia, dilakukan oleh pemuda. Para pejuang kemerdekaan di Indonesia, baik secara fisik maupun diplomasi, adalah para pemuda. Dan yang paling mutakhir adalah peristiwa reformasi, dimana semangat pemuda adalah sebagai penggeraknya. Ketiga, pemuada memiliki fisik yang kuat. Jika dibandingkan dengan kondisi fisik kelompok usia yang lain, usia muda lebih baik. Dan kondisi fisik terbaik seseorang adalah pada usia muda. Oleh karena itu betapa tugas-tugas besar yang tidak dapat dipikul oleh orang-orang tua atau anak-anak bias dilakukan oleh pemuda. Keempat pemuda memiliki intelektualitas. Memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, rasional dan pembelajar yang cepat. Banyak ide-ide besar lahir dari para pemuda. Banyak penemuan-penemuan besar dihasilkan oleh pemuda. Dengan minimal empa potensi tersebut , melalui pertolongan Allah, pemuda Islam bias meujudkan kembali kejayaan Islam. Insya Allah.
Tapi memang, musuh-musuh Islam tidak bias tinggal diam melihat masih ada asset Islam yang tersisa, yaitu pemuda. Oleh karena itu mereka menggunakan segala cara untuk “menghabisi” asset Islam. Tidak dengan cara fisik, tapi dengan cara yang halus. Tidak dengan siksaan-siksaan tetapi menggunakan buaian-buaian yang menghancurkan. Mereka sodori pemuda Islam dengan tontonan-tontonan cabul yang merusak akhlak. Mereka suguhi pemuda Islam dengan tontonanan sia-sia yang membuang-buang waktu para pemuda serta menjauhkan para pemuda dari agamanya. Hilanglah kebersihan orientasi, karena memperturutkan hawa nafsu. Hilanglah semangat mereka, karena menjadi generasi yang pemalas dan apatis. Hilanglah kekuatan fisik, karena mereka dijejali dengan narkoba serta zat beracun lainnya. Hilanglah semangat belajar mereka, karena disibukkan dengan sesuatu yang sia-sia. Cara-cara yang digunakan oleh musuh Islam di atas untuk menghancurkan Islam hampir analog yang dilakukan oleh Inggris pada waktu perang candu di Cina. Setelah mereka beberapa kali gagal menaklukkan Cina secara fisik (mungkin karena banyak yang jago kungfu?), akhirnya mereka menggunakan cara lain, yaitu mengedarkan candu di kalangan pemuda Cina, setelah sekian lama mengkomsumsi candu, pemuda cina mengalami ketagihan dan tentunya juga diikuti dengan kelemahan fisik dan mental mereka. Pada saat seperti itulah akhirnya cina dapat dikuasai dengan mudah.
Dari uraian di atas, dapat kita lihat betapa pentingnya peran pemuda dalam kebangkitan Islam serta betapa besar bahaya dari segala arah yang mengancam mereka, oleh karena itu usaha untuk mendekatkan para pemuda kepada agamanya harus senantiasa dilakukan, baik oleh para pemerintah maupun ormas Islam. Bukan mengajari Islam secara teoritis saja, tetapi sekaligus mengajari realisasinya. Bukan mengajari Islam secara parsial, tetapi mengajari Islam secara menyeluruh, yaitu dalam segala aspek kehidupan. Ketika semakin banyak pemuda islam yang komitmen kepada Islam, ketika semakin banyak yang bangga akan Islam, ketika semakin banyak pemuda yang memberikan pembela kepada Islam, maka kejayaan Islam hanya tinggal menunggu waktu . Wallahu a’lam buishshowab

Antara Tartar dan Amerika


Masih jelas dalam ingatan kita, fitnah besar yang menimpa umat Islam. Sebuah pembantaian massal yang dilakukan oleh pasukan Tartar, dibawah pimpinan Hulagu Khan. Sebuah pasukan yang telah meluluh lantakkan negeri Islam di Baghdad, serta segala peradabannya waktu itu. Dalam waktu satu hari 80.000 kaum muslimin dibantai. Jalan-jalan di Baghdad waktu itu banjir dengan darah, hanya sedikit yang selamat. Kalaupun selamat kematian mereka hanya menunggu waktu saja, karena mereka terjamgkit wabah penyakit yang ditimbulkan oleh mayat kaum muslimin yang tergeletak di setiap sudut kota Baghdad tanpa ada pemakaman. Umat Islam begitu terhina, Ibnu Asir dalam sirohnya mencatat, seorang tentara wanita Tartar dalam satu kali waktu bisa membunuh seratus laki-laki baghdad, tanpa perlawanan. Para wanita dinistakan kehormatan mereka. Masjid, sekolah dan universitas dibakar, perpustakaan dan segalanya isinya diluluh lantakkan, buku karya saintis Islam ditenggelamkan di laut. Negeri Islam sekaligus peradabannya telah dilenyapkan.
La haula walaa quwwata Illa iillah. Tidak ada yang tidak mungkin, jika Allah berkehendak. Sejarah juga mencatat, bahwa tidak lama setelah Jengis Khan terjungkang dari kekuasaannya. Melalui tangan seorang dai yang ikhlas, Allah memberikan hidayah kepada seorang raja Negara Tartar. Generasi sesudah hulagu Khan. Yang akhirnya dengan keislaman sang raja, agama islam menyebar dengan cepat kepada rakyat Tartar dan Negara-negara lain yang dikuasai oleh Tartar. Sesuatu yang “aneh”, orang tua mereka membantai umat Islam, tetapi generasi penerus mereka justru pemeluk dan pembela Islam. Generasi baru Tartar kembali membangun peradaban Islam yang telah dihancurkan oleh orang tua mereka. “Aneh” memang “aneh”. Tapi ini memang terjadi. Ini adalah bumi Allah, Bung!!
Masih jelas dalam ingatan kita, fitnah besar yang menimpa umat Islam baru-baru ini. Sebuah pembantaian massal yang dilakukan oleh pasukan Amerika, dibawah pimpinan George Bush. Sebuah pasukan yang telah meluluh lantakkan negeri Islam di Irak dan afghanistan, serta segala peradabannya. Dengan mengatas namakan perang melawan terorisme. Dalam waktu lima tahun hampir 2 juta kaum muslimin dibantai. Rumah dan Jalan-jalan di Iraq dan Afghanistan banjir dengan darah. Kalaupun selamat kematian mereka hanya menunggu waktu saja, karena mereka terjamgkit wabah penyakit permusuhan sesama kaum muslimin yang dihembuskan oleh Amerika. Umat Islam begitu terhina, dalam berita yang dilansir media, seorang tentara wanita Amerika melakukan pelecahan kepada tahanan lelaki Islam, baik di Abu Ghuraib maupun di Guantanamo. Para wanita dinistakan kehormatan mereka. Masjid, sekolah dan universitas dibombardir, perpustakaan dan segalanya isinya diluluh lantakkan, dengan alasan yang tidak masuk akal, tempat itu digunakan sebagai sarang teroris. Negeri Islam sekaligus peradabannya telah dinistakan oleh Amerika.
La haula walaa quwwata Illa iillah. Tidak ada yang tidak mungkin, jika Allah berkehendak. Sejarah akhirnya mencatat, bahwa tidak lama setelah hulagu Khan (maksud saya George Bush-red) menyatakan perang terhadap terorisme (Islam), Islam justeru semakin mengukuhkan dirinya sebagai The fastest growth religion in America. Melalui tangan para dai yang ikhlas, Allah memberikan hidayah kepada pemuda dan pemudi Amerika. Sebelum terjadi peristiwa 9/11 orang orang yang masuk Islam di dominasi oleh Afro-American maka sekarang ini Hispanic dan Anglo-Saxon serta ras di Amerika lainnya mencapai peningkatan jumlah yang sangat fantastis. Tak kurang dari 20.000 orang setiap tahun, atau rata-rata 60 orang setiap hari, masuk Islam. Subahanallah.
Seperti yang kita ketahui bersama, salah satu sarana ghozwul fikri (perang pemikiran), yang dilancarkan Amerika adalah media massa, baik cetak maupun elektronik. Melalui media cetak dan elektronika maupun agen informasi Amerika lainnya, mereka mendeskriditkan Islam dan umat Islam. Berita negatif tentang Islam, Islam tidak menghargai HAM, Islam menistakan wanita, Islam bodoh dan miskin dan yang paling mutakhir adalah mereka mencitrakan Islam sebagai agama para teroris. Mungkin fitnah ini cukup efektif untuk membius orang Amerika enam atau sepuluh tahun yang lalu. Karena pada waktu itu media komunikasi masih berupa televisi, Koran, majalah dan radio, belum ada internet, yang tentunya semua informasi di setir oleh “ideolog” pemerintah amerika. Yang kedua, pada waktu itu orang Amerika masih tidak mau tahu tentang Islam. Berbeda dengan sekarang ini, setelah pernyataan perang George Bush melawan terorisme (baca Islam) pasca peristiwa 9/11, berita negatif tentang Islam sangat gencar di Amerika. Di satu sisi ini menimbulkan salah paham tentang Islam oleh rakyat Amerika, ini ditunjukkan dengan banyaknya kekerasan yang menimpa umat Islam pasca peristiwa 9/11, tapi di sisi yang lain berita negatif ini menimbulkan rasa penasaran di kalangan rakyat Amerika. Apa itu sebenarnya Islam. Pertanyaan ini, menjadi common sense rakyat Amerika. Berbeda dengan sebelum peristiwa 9/11.
Untuk mengobati rasa penasaran mereka itu, Informasi negative tentang Islam yang di lancarkan media Amerika dirasa tidak menjawab. Internet adalah solusinya, selain bertanya kepada teman yang kebetulan muslim. Untunglah mereka ketika mencari tahu tentang Islam, mereka tidak datang ke Indonesia, negera islam terbesar dengan korupsi terbesar, prostitusi terbesar dan negara pornografi terbesar. Tapi sebagaimana ciri masyarakat rasional lainnya, untuk tahu tentang Islam mereka selalu merujuk pada Al-quran, bukan pada orang Islam. Jadi tidak heran kalau Al-quran termasuk Best Seller di Amerika saat ini. Mereka banyak mencari informasi tentang Islam melalui internet. Yang unik dalam sebuah testimoni seorang mualaf anglo saxon, dia berasal dari sebuah kota kecil, yang hampir tidak ada umat Islamnya disana. Dia tahu tentang Islam melalui internet, karena seperti yang kita ketahui begitu banyak sekarang ini para dai yang berdakwah di dunia maya dengan membuat website Islam, pemuda Amerika tersebut masuk Islam bukan dari kawan atau dai yang mendakwahi secara langsung kepadanya. Subhanallah.
Peristiwa yang sempat menghebohkan Amerika adalah masuk Islamnya Angela Collins seorang presenter acara musik dan hiburan terkenal di Amerika. Dalam salah satu headline saluran televise Fox yang bertajuk “Culture Shock?” dibahas tentang fenomena “berbondong-bondongnya” penduduk Amerika khususnya dari kalangan Anglo saxon. Pada cara tersebut ada telewancara dengan Angela Collins, seorang wanita Amerika, sekarang ini menjadi guru Sekolah Dasar Islam di Amerika, yang di gambarkan oleh pembaca berita sebagai “blue eye, brown hair woman” yang sekarang ini menggunakan headscraft (jilbab).
Pada salah satu kesempatan wawancara di salah satu stasiun televisi negara Arab,Prof. Yusuf Qaradawi menyampaikan keoptimisan beliau bahwa Islam akan hadir dan mendatangkan rahmatnya ke Negara Amerika dan Eropa dalam waktu yang tidak lama lagi, tetapi tidak dengan pedang, dengan dakwah dan kebaikan. Ini sesuai dengan nubuwah dari Rasulullah. Bahwa Islam akan memfutuhkan Persi dan Romawi. Persi sudah difutuhkan dengan rahmat Islam pada masa Khulafaur Rasyidin, Romawi timur (turki) sudah di futuhkan dengan rahmat Islam tujuh abad kemudian di bawah pimpinan Muhammad Al-Fatih. Sebentar lagi insya Allah adalah Romawi bagian yang lain yaitu eropa serta daerah persebaran penduduknya (Amerika dan Australia). Sekali lagi tidak dengan senjata dan pedang. Tetapi dakwah dan dengan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dan bisa jadi bukan kita yang melakukannya, tapi pemuda asli Eropa, Amerika maupum Australia yang telah berkomitmen kepada Islam dan dakwah.Insya Allah. Wallahu a’lam Bishshowab

jika engkau menolong agama Allah....



Sekitar sepuluh tahun yang lalu di masjid sebuah SMU, seorang pembina mengutip sebuah ayat, "in tanshurullaha yanshurkum wayutsabbit aqdaamakum" jika engakau menolong (agama)Allah, Allah menolongmu dan juga mengokohkan kedudukanmu. Di antara kata "in tanshurullaha" dan "yanshurkum" tidak ada kata "tsumma" (kemudian). yang artinya "balasan" pertolongan Allah bersifat kontan alias cash, urai beliau.
Taujih yang singkat tapi padat tersebut, subhanallah, itulah yang menjadi pembakar semangat da'i-da'i belia kala itu. Sebuah janji dari Dzat yang tidak pernah menyalahi janji. Sebuah janji yang pasti akan terjadi, tanpa keraguan sedikitpun.
Dengan janji dari Allah itulah, para da'i tersebut,ditengah-tengah kelemahannya, senantiasa berusaha tegar didalam jalan dakwah ini. Dengan adanya sebuah harapan bahwa Allah akan menolongnya.
Dan memang janji Allah adalah benar adanya. Apa buktinya? buktinya adalah kita semua, ya.. para aktivis dakwah, Alhamdulillah. Bagaimana bisa?bukankah masih banyak orang-orang yang jauh lebih "beruntung" dari pada kita? padahal mereka bukan seorang da'i, bahkan di antara mereka justru menjadi penyeru kemungkaran dan juga penentang dakwah, bagaimana penjelasannya?.
Ikhwati fillah jika ukuran pertolongan Allah adalah berupa sebuah kedudukan, maka Fir'aun adalah orang yang beruntung. Jika ukuran pertolongan Allah adalah berupa kekayaan, maka sesungguhnya Qorun adalah orang yang paling beruntung. Jika ukuran pertolongan Allah adalah sebuah popularitas, maka seorang gitaris terkenal dari group rock Nirvana yang mati mengenaskan akibat narkoba, Curt Cobain, adalah orang paling beruntung. Tetapi ternyata ikhwati fillah bentuk pertolongan Allah tidak selalu berupa sesuatu yang "nampak mata".
Saya hanya akan menyebutkan beberapa contoh nikmat Allah yang diberikan kepada kita, para aktivis dakwah. Dari sekian nikmat tak terbatas yang telah diberikan oleh Allah kepada kita.
Nikmat ukhuwah di antara kita adalah nikmat yang sangat luar biasa, andaikan seluruh tiran di muka bumi ini tahu betapa nikmat dan indahnya ukhuwah ini, niscaya mereka akan mengerahkan seluruh kekuatan mereka untuk merebut ukhuwah dihati-hati kita. Ikatan ini tidak tidak sekedar atas dasar emosional, kedaerahan, almamater atau ikatan lainnya. Tapi ikatan ini adalah ikatan yang universal menembus sekat-sekat yang diciptakan manusia. Ikatan kokoh yang dibangun atas landasan tauhid. Dan Allah jualah yang membuat ikatan ini.
Nikmat memperoleh saudara-saudara dalam perjuangan adalah pertolongan Allah. Hidup dalam dakwah adalah pertolongan dari Allah. Ikhwatifillah, marilah kita tengok perjalanan hidup kita. Ketika kita masih balita, ketika kita SD, SMP kemudian SMA kemudian ke perguruan tinggi. Apakah sebuah kebetulan ketika kita sekarang ini terlibat dalam dakwah?Demi Allah , tidak ikhwah! ini adalah pertolongan Allah. Allahlah yang mengaturnya.
Betapa banyak orang yang lebih berpeluang menempuh jalan dakwah ini, tetapi malah mereka terhempas. Kita ingat Kan'an anak Nabi Nuh, Istri Nabi luth atau Abi Tholib, paman tersayang Rasulullah, subhanallah. Atau dalam konteks kekinian dan kedisinian betapa banyak orang Islam yang lebih tahu tentang bahasa Al-Quran daripada kita, tetapi mereka melakukan tindakan penistaan kepada Al-Qur'an, yang bisa jadi orang kafir maupun setan, belum sempat"kepikiran" untuk melakukannya.
Kelapangan rizki, dipermudahnya segala urusan, terkabulnya do'a, tentramnya hati, optimisnya memandang hidup, diberikan keluarga sebagai pelipur lara, merasan nikmatnya beribadah, memiliki iffah, dan perasaan bebas dari segala tekanan, serta bebas dari ketergantungan kepada selain Allah, merupakan juga nikmat dari Allah SWT. Subhanallah
Sebagai penutup, semoga Allah menolong kita untuk senantiasa dalam jalan tauhid, jalan Islam , jalan sunnah dan jalan dakwah. Dan semoga Allah juga memeberikan pertolongan kepada kita dengan mematikan kita dalam kondisi khusnul khotimah. Semoga Allah menolong kita dengan memasukkan ke dalam surga-Nya. Dengan hisab yang ringan. Tanpa sesebentar apapun masuk neraka. Semoga Allah menolong kita dengan mengumpulkan kita dan keluarga kita dalam jannahnya bersama para Nabi dan Rasul, orang-orang sholeh, muqorrobin dan orang yang mati syahid di jalannya. Wallahu a'lam bish-showab
Intanshurullaha yanshurkum, wa yutsbbit aqdaamakum.Amin

bangunkan aku, Ibu.....


Di salah satu negeri arab, tinggallah seorang pemuda bersama ibunya. Sang pemuda tersebut berencana untuk melakukan perjalan ke luar negeri. Persiapan telah dilakukan. mulai dari tiket, visa dan paspor. Tinggal menunggu hari keberangkatan. Hingga pada hari yang telah di tentukan, beberapa jam menjelang keberangkatan pemuda itu tidur di kamarnya, mungkin agar ketika dalam perjalanan nanti kondisinya lebih bugar. tetapi sebelum tidur pemuda itu berpesan kepada ibunya untuk membangunkannya di sore hari, karena ia akan pergi ke bandara.
Hari semakin sore tetapi sang ibu tidak membangunkan anak yang sangat di cintainya itu. Ada apa gerangan? apakah beliau lupa? ternyata tidak, setalah anaknya tidur ternyata sang ibu melihat prakiraan cuaca di televisi, yang mengabarkan bahwa di negeri yang akan di tuju anaknya itu cuaca sangat buruk. Mengetahui hal tersebut sang Ibu sangat khawatir dengan keselamatan anaknya itu. Ia kahwatir akan terjadi sesuatu pada pesawat yang ditumpangi anaknya akibat cuaca buruk tersebut. Akhirnya sang Ibu mengambil keputusan 'berani' dengan melanggar janji untuk membangunkan anaknya tersebut, demi keselamatan buah hatinya. Karena toh jadwal pesawat bisa di tunda.
Hari semakin sore, saat yang tepat bagi sang ibu untuk membangunkan anaknya. Karena jadwal penerbangan anaknya sudah berlalu. Sehingga tidak mungkin sang anak akan 'nekat' untuk tetap berangkat walau cuaca buruk. Dia bangunkan buah hatinya dengan kasih sayang, satu kali tidak bangun, dua kali tidak bangun. sehingga membuat sang ibu gelisah. di guncang-guncang tubuh anaknya itu, tetapi tetap tidak bergeming. Ternyata anaknya meninggal dunia ketika sedang tidur. innalillaahi wa innaa ilaihi roojiun.
Subhaanallah, ternyata manusia tidak bisa menghindari kematian,. Subhanallah ternyata kematian bisa datang kapan saja . dimana saja dan dalam keadaan apa saja.
Semoga Allah memberikan kita kematian pada waktu yang tepat, pada tempat yang tepat dan ketika kita melakukan amal kebaikan yang di ridloi Allah subhanahu wa ta'ala. sehingga kematian kita adalah kematian yang KHUSNUL KHOTIMAH. Amin.
Momen romadlon ini adalah momen yang sangat tepat, untuk memperbaiki hubungan kita kepada Allah. Waktu yang sangat tepat untuk bertaubat atas segala dosa kita. waktu yang sangat tepat agar anak kita, istri kita, suami kita, bapak ibu kita,keluarga kita, senantiasa diberikan rahmat oleh Allah subhanahu wa ta'ala dan di kumpulkan di surga-Nya nanti. Ramadlan adalah di mana segala do'a terkabul, saat yang tepat untuk memohon rizki yang terbaik, pasangan hidup yang terbaik, pekerjaan yang terbaik, prestasi dan semua hal yang terbaik dan berkah.Wallohu A'lam Bishshowab

agar Allah menyatukan hati kita....


Setelah menjadi imam sholat maghrib, seorang brother memberikan taujih dengan bahasa arab yang kemudian beliau "terjemahkan" dalam bahasa Inggris. "Kalau memang kita cinta Rasul" kata beliau , "maka kita harus cinta dengan sunnah Rasul, salah satu sunnah Rasul adalah menjaga Shaff waktu sholat berjamah" tambah brother tersebut yang kebetulan hafal Al-Quran. " Jika tidak Allah akan memecah belah persatuan dihati kita. Oleh karena itu agar Allah menyatukan hati kita marilah kita jaga shaff kita", pungkas beliau.
Menjaga shaff adalah salah satu "kurikulum" wajib ketika di SMU dulu seperti halnya dengan berhijab secara syar'i pada akhwat waktu itu. Kaki dan kaki harus bertenu, pun juga di antara pundak juga bertemu, harus lurus, tidak boleh salah satu peserta jamaah melakukan "over lap" peserta jamaah yang lain. Sehingga, seperti yang di ungkapkan oleh seorang guru agama, sampai-sampai seorang ikhwan harus menggagah karena "mengejar" kaki peserta jamaah lain di sampingnya yang tidak mau "kakinya di injak". Begitulah gambaran sebuag ghiroh untuk merealisasikan sunnah Rasul pada waktu itu. Ilmu Islam belum memadai tetapi semangat begitu menggebu. Tetapi pada saat itu kenikmatan berIslam begitu terasa.
Tetapi sekarang ini semakin banyak ilmu tentang Islam yang kita dapatkan. semakin kita jauh melangkah bersama dakwah ini ternyata, kita cenderung mengganggap biasa menata shaff sholat jamaah kita. Padahal seperti yang kita ketahui Umar RA ketika meluruskan shaff menggunakan pedang. Subhanllah. Sawwu shufuufakum. wallahu a'lam.

kehormatan...


"A'azzanallahu bil islam" Allah telah memuliakan kita dengan Islam.Demikianah ungkapan Umar RA. Suatu ungkapan yang begitu tepat. Bagaimana tidak, Allah telah mengeluarkan manusia dari alam jahiliah menuju tauhid, dari akhlak hewani menuju akhlak yang mulia. Dari kebanggan karena suku, ras, warna kulit, kekayaan dan kekuasaan, kepada kebanggan yang hakiki yaitu kebanggaan berislam.
Saudaraku, betapa sekarang ini banyak orang melepaskan kehormatan dan kemuliaannya sebagai seorang muslim dengan mengejar kehormatan versi orang kafir. Bukannkah sebuah kehormatan bagi seorang muslimah ketika berhijab secara syar'i?bukankah karena menjaga kehormatan muslimah lah perintah berhijab itu turun? tetapi sayangnya betapa kaum muslimin tidak memahaminya. Mereka justru merasa bangga dan merasa mendapat kehormatan ketika berhasil" meneladani" cara berpakaian orang kafir. Dan sebaliknya merasa "minder" ketika menjaga identitas seorang muslimah, yaitu berhijab.
Beberapa waktu yang lalu saya berkesempatan untuk mengunjungi negeri singa, saya beberapa kali bertemu dengan beberapa saudari sebangsa dan setanah air yang bekerja di negara tersebut. Ternyata memang tidak ada bedanya mana itu yang Islam dan mana yang bukan, tidak ada bedanya dengan majikan mereka, minimal di lihat dari cara berpakaian mereka. Masya Allah
Oleh karena itu saya ingin memberikan sebuah kabar genbira yang telah di sampaiakan oleh rosul kita"Islam datang dalam keadaan asing dan akan kembali asing sebagaimana datangnya." (Hadits Mutawatir, lihat kitab ku: Tuba lil Ghuroba, Al Ghurbatu wal Ghuroba, Penerbit Darul Hijroh, Damam). Oleh karena itu berbahagialah saudaraku. Karena engakau menjadi orang asing karena keteguhanmu menjaga hijab, di tengah-tengah gelombang ghozwul fikri ini. wallahu a'lam

alhamdulillah saya bisa tersenyum....


Judul di atas kelihatan "lugu" , "klise" dan terlalu di"dramatisir, minimal menurut anggapan sebagian orang. Saya teringat dengan sebuah kajian di Masjid ITS yang di sampaikn oleh Dr Abdullah Shahab, sering kali kita menganngap bahwa kemampuan tangan kita untuk memegang gayung, menciduk air di bak mandi, kemudian menyiramkan ke tubuh kita adalah sesuatu yang biasa (tidak perlu di pikirkan) dan terjadi dengan sendirinya. Padahal, menurut beliau, "default" nya manusia itu tidak bisa berbuat apa-apa, termasuk memegang gayung. Untuk memegang gayung memerlukan mekanisme yang begitu kompleks, ada syaraf, otot dan sebagainya. Allahlah yang memberikan itu semua. Karena kasih sayang-Nya lah kita bisa memegang gayung (belum tentu yang tidak bisa memegang gayung tidak di sayang Allah). Tahukah antum, pada tahum 80-an di jepang pernah ada penemuan robot tangan yang memiliki kelenturan dan kepekaan tinggi yang karenanya robot itu bisa mengambil dan memegang telur tanpa pecah, penemuan ini mendapat sambutan luar biasa di media kala itu (padahal kita bukan hanya bisa mengambil telur, kita bisa melempar keatas kemudian menangkap tanpa pecah dan yang jelas kita bisa menggoreng dan memakannya). Artinya, bisa memegang gayung adalah nikmat yang luar biasa.
Bisa tersenyum adalah nikmat yang luar biasa, tahukah antum beberapa hari yang lalu ada seorang ikhwah yang sakit herpes (semacam cacar air, disebabkan virus), selain menyerang kulit virus herpes ini juga menyerang syaraf yang menghubungkan otak dan otot yang di wajah, dalam kedokteran ini disebut dengan facial palsy, dampaknya seperti stroke. Indikasinya, wajah bagian kanan tidak aktif, mata kanan tidak bisa berkedip, lidah bagian kanan tidak bisa mengecap,mulut sisi bagian kanan turun, otot pipi turun, karena sakit tersebut akhirnya ikhwah tersebut tidak bisa tersenyum dengan sempurna. Karena untuk tersenyum dua sudut mulut sedikit melebar dan sedikit terangkat, otot pipi harus terangkat, sedangkan ikhwah tersebut mulut , pipi dan mata kirinya tidak bisa mendukung mekanisme tersenyum. Walaupun ikhwah tersebut secara tulus ingin menghadirkan senyumnya kepada ikhwah lain, tapi yang nampak adalah senyuman wajah sebelah kiri (seperti senyuman sinis). Agar tidak terjadi kesalah pahaman ikhwah tersebut selalu menjelaskan kepada kawan yang diajak komunikasi, bahwa sebenarnya beliau ingin tersenyum. Subhanallah........
Oleh karena itu untuk bersyukur tidak perlu menunggu kita mendapat pekerjaan, mendapat pasangan hidup atau mendapat IP Cumlaude. Bisa tersenyum adalah nikmat yang yang sangat luar biasa.
Alhamdulillah saya bisa tersenyum.....

Dari Abu Umayyah Asy Sya' baniy berkata: Aku bertanya kepada Abu Tsa'labah: "Ya Aba Tsa'labah apa yang engkau katakan tentang ayat Allah yang bermaksud :


“Wahai orang-orang yang beriman! Jagalah sahaja diri kamu (dari melakukan sesuatu yang dilarang oleh Allah). Orang-orang yang sesat tidak akan mendatangkan mudarat kepada kamu apabila kamu sendiri telah mendapat hidayat petunjuk (taat mengerjakan suruhan Allah dan meninggalkan laranganNya) (QS. Al Maidah: 105)



Berkata Abu Tsa'labah:


"Demi Allah, aku telah bertanya kepada Rasulullah s.a.w tentang ayat itu, maka beliau bersabda yang maksudnya:


"Beramar ma'ruf dan nahi mungkarlah kamu sehingga (sampai) kamu n melihat kebakhilan sebagai perkara yang dita'ati, hawa nafsu sebagai perkara yang diikuti; dan dunia (kemewahan) sebagai perkara yang diagungkan (setiap orang mengatakan dirinya di atas agama Islam dengan dasar hawa nafsunya. Dan Islam bertentangan dengan apa yang mereka sandarkan padan kamu (tetaplah di atas diri-diri ) dan tinggalkanlah orang-orang awam kerana sesungguhnya pada hari itu adalah hari yang penuh dengan kesabaran (hari di mana seseorang yang sabar menjalankan al haq dia akan mendapatkan pahala yang besar dan berlipat kali ganda). Seseorang yang bersabar pada hari itu seperti seseorang yang memegang sesuatu di atas bara api, seseorang yang beramal pada hari itu sama pahalanya dengan 50 orang yang beramal sepertinya."


Seseorang bertanya kepada Rasulullah s.a.w yang artinya: "Ya Rasulullah, pahala 50 orang dari mereka?" Rasulullah s.a.w berkata: "Pahala 50 orang dari kamu (para Sahabat Rasulullah s.aw.)"


{HR.Abu Daud: 4341, At Tirmizi: 3058, dan dihasankan olehnya; Ibnu Majah: 4014, An Nasai dalam kitab Al Kubro: 9/137-Tuhfatul Asyrof, Ibnu Hibban: 1850-Mawarid, Abu Nuaim dalam Hilyatul Aulia: 2/30, Al Hakim: 4/322-disahihkan dan disetujui oleh Az-Zahabi, Ath Thahawi dalam Misykalul Atsar: 2/64-65, Al Baghawi dalam Syarhu Sunnah: 14/347-348 dan dalam Ma'alimul Tanzil: 2/72-73, Ibnu Jarir Ath Thabari dalam Jamiul Bayan: 7/63, Ibnu Wadloh Al Qurtubi dalam Al bida'u wa nahyuanha: 71, 76-77; Ibnu Abi Dunya dalam Ash Shobr: 42/1} Hadits Tsabit dari Rasulullah dengan syawahidnya (jalan lainnya).

Dalam hadis Rasullullah s.a.w di atas menunjukkan:
- Kewajiban untuk terus beramal ma'ruf nahi munkar sampai datang masa yang disifatkan oleh Rasulullah s.a.w.

Masa yang disifatkan oleh Rasullulllah s.a.w tersebut menunjukkan bahawa tidak bermanfaat lagi amal ma'ruf nahi munkar kerana disebabkan kerosakan manusia pada waktu itu.

Terkadang ada pertanyaan yang mengatakan: bagaimana derajat pahala yang diberikan orang-orang yang bersabar dalam beramal di atas al haq pada waktu itu berlipat kali ganda dibandingkan dengan amalan para sahabat r.a? Di mana, mereka adalah generasi pertama yang membangun Islam, menegakkan cahaya Islam, membuka negeri-negeri, meninggikan kekuasaan dan menancapkan Agama Allah.

Dan Rasulullah s.a.w. bersabda yang maksudnya : "Sekiranya kamu menginfakkan emas sebesar Gunung Uhud setiap hari, tidak akan dapat menyamai mereka (para sahabat Rasullullah s.a.w) meskipun setengahnya." {Hadis sahih, lihat takhrijnya dalam (Juz'u Muhammab bin Ashim An Syuyukhihi: 12)}


Maka jawabannya adalah sesungguhnya para sahabat Rasulullah s.a.w adalah generasi yang telah masyhur amalannya, tiada satupun manusia setelah generasinya yang sebanding amalannya dengan mereka. Mereka telah menjalankan amal ma'ruf nahi munkar sebagai perkara yang besar untuk membuka dan mengukuhkan agama Allah iaitu Al-Islam.

Bilangan mereka di awal Islam sangat sedikit disebabkan kerana berkuasanya orang-orang kafir di atas al haq. Demikian juga di akhir zaman akan kembali keadaannya seperti di awal kemunculan Islam. Di mana janji tersebut dipersaksikan di atas lisan yang selalu benar perkataannya iaitu Rasulullah s.a.w. yang telah menceritakan akan terjadinya kerosakan zaman, munculnya fitnah, berkuasanya kebatilan, berkuasanya dan tingginya manusia dalam mengganti dan merubah al haq, terjatuhnya kaum muslimin kepada jalan yang ditempuh oleh golongan ahli kitab sejengkal demi sejengkal, sehasta demi sehasta.

Rasulullah s.a.w. bersabda yang ertinya: "Islam datang dalam keadaan asing dan akan kembali asing sebagaimana datangnya." (Hadits Mutawatir, lihat kitab ku: Tuba lil Ghuroba, Al Ghurbatu wal Ghuroba, Penerbit Darul Hijroh, Damam)

Selamat Tinggal Sahabatku...


selamat tinggal sahabatku
ku kan pergi berjuang...
menegakkan cahaya islam
jauh di negeri seberang...

selamat tinggal sahabatku
ikhlaskan lah diriku
iringkanlah doa restumu
Allah bersama selalu

Walau pun tak lagi jumpa
usahlah kau berduka
semoga tunai cita-cita
raih gelar syuhada

Singa atau kucing….



Ada sebuah ungkapan yang menarik dari seorang ikhwah, kebetulan seorang aktivis dakwah kampung, “aktivis dakwah kampus (ADK) ketika di kampus seperti singa, garang. Tetapi ketika pulang kampung berubah menjadi kucing, tidak lagi garang” ungkap beliau sambil bergurau. Ikhwah fillah, kalau kita mau jujur, ungkapan sang ikhwah tadi ada benarnya juga. Kita memang sering menjadi singa yang garang ketika di kampus tetapi menjadi kucing manis dan imut-imut ketika di rumah.
Fenomena singa yang garang ketika di kampus tetapi menjadi kucing manis dan imut-imut ketika di rumah, terjadi disebabkan karena beberapa faktor, diantaranya, pertama: faktor eksternal (lingkungan), kita sebagai seorang ADK dengan segala aktivitas dakwahnya di kampus, mulai dari menjadi masul lembaga, murobby, penulis produktif, panitia kegiatan sampai korlap aksi, ternyata ketika kita pulang kampung (baik beberapa hari saja maupun permanen), menghadapi situasi dan kondisi yang sama sekali berbeda dengan dunia kampus, kita seolah-olah memasuki “dunia lain”. Ketika di kampus masyarakat kampus dengan terbuka bisa menerima dan memahami tampilan dan atribut ke Islaman kita. Berbeda dengan di kampung, berjenggot tanpa kumis, berjilbab longgar plus kaus kaki, tidak berjabat tangan dengan selain mahrom, perbedaan furuiyah pada masalah fiqh ibadah dam lain sebagainya oleh masyarakat kampung dianggap sebagai sebuah “masalah besar”. Jika hal ini tidak disikapi dengan bijak maka bisa menimbulkan konflik yang akhirnya membuat kita “mati kutu”. Oleh karena itu kita membutuhkan pemahaman tentang fiqh dakwah, fiqh waqi’, fiqh awlawiyat dan fiqh muwazanat.
Selain faktor eksternal, yang membuat kita jadi kucing. Yang kedua: secara internal, tarbiyah dzatiyah kita lemah, ketika dikampus kita berkumpul dengan sesama ikhwah, kita jadi termotivasi untuk sholat berjamaah,tilawah qur’an,membaca buku islam, sampai sholat malam sekalipun, tetapi ketika di kampung itu semuanya menjadi berat, bisa jadi ketika sholat dhuhur di masjid kampung kita, kita jadi muadzin,imam sekaligus ma’mum alias sendirian. Selain itu di rumah adalah saat yang tepat untuk perbaikamn gizi dan istirahat total. Sehingga aktivitas-aktivitas positif dan amalan sunnah yang biasa kita lakukan ketika di kampus terlewatkan dan tergantikan dengan aktivitas mubah yan berlebihan. Sehingga kalau tidak kita manage dengan baik, pulang kampung adalah saat yang tepat untuk “bermalas diri” untuk sementara. Sehingga kalau semua ini terjadi maka alih-alih berdakwah kepada lingkungan di kampung kita, berdakwah kepada keluarga kita menjadi suatu hal yang berat dan sulit. Kita tidak memiliki semangat dan motivasi lagi dalam berdakwah terhadap keluarga kita. Sehingga kita menjadi orang yang “kesana kemari” berdakwah kepada orang lain, sedang orang-orang yang kita cintai yaitu ayah kita,ibu kita, kakak dan adik kita tidak merasakan dakwah kita. Oleh karena itu agar kita selalu berenergi ketika berdakwah di manapun saja, termasuk ketika jauh dari ikhwah, misalnya pulang kampung, maka kita harus melakukan tarbiyah dzatiyah dengan maksimal. .wallahu a’lam bishowab

“Nggumun...”



Nggumun adalah bahasa jawa, artinya kagum atau takjub. Nggumun terjadi bila melihat atau mendengarkan sesuatu yang “luar biasa”. Misalkan anak kecil yang belum pernah melihat pesawat terbang dari dekat, akan nggumun ketika naik pesawat terbang untuk pertama kalinya. Ekspresi kegagumannya bermacam-macam mulai dari memanyunkan bibir sambil geleng-geleng kepala di sertai suara ck.. ck.. ck.. berulang kali, melihat secara detail bagian-perbagian pesawat sampai menceritakan kepada teman-temannya di lain waktu dengan semangat. Oleh sebagian orang yang tidak mempunyai cita rasa bahasa yang baik sikap nggumun tadi disebut ndeso.
Sesuatu yang “luar biasa” yang membuat orang nggumun sebenarnya bersifat relatif. Relatif terhadap wawasan, pengalaman, pendidikan serta idiologi. Berbeda dengan contoh anak kecil di atas, seorang engineer, walaupun baru pertama naik pesawat (karena memang asli desa) dia tidak akan nggumun dengan bleger pesawat tersebut. Karena dia sudah tahu mengapa bentuk penampang melintang sayap pesawat di desain seperti yang kita lihat selama ini, dia juga tahu bagaimana mekanisme landing dan take off, apa material kulit pesawat, dengan cara apa bagian-bagian pesawat disambung dan lain sebagainya. Karena sang engineer memiliki sesuatu, yaitu wawasan, pengalaman serta pendidikan maka tidak membuatnya menjadi orang nggumunan. Dia tidak ndeso walaupun berasal dari desa.
Kalau kita lihat, pemimpin bangsa kita ini adalah pemimpin bangsa yang nggumunan. Bagaimana tidak, karena nggumun dengan bleger peradaban barat yang maju secara fisik dan mundur secara moralitas, membuat bangsa kita mudah ikut aturan main yang dibuat oleh lintah darat dunia dengan harapan mampu meniru mereka, alih-alih kita sekarang malah terjerat dalam lingkaran setan utang. Negeri kita dijarah kekayaanya dan dirusak lingkungannya, itu semua sebagai kompensasi utang-utang kita.
Nggumun sudah menjadi bahasa masyarakat kita. Kita lihat acara-acara di televisi kita mulai dari pagi sampai petang bahkan sampai pagi lagi. Sinetron bajakan dari korea atau taiwan, acara jiplakan idol-idolan, ghibah selebritis dan sebagainya yang sangat mempengaruhi mindset masyarakat kita. Sudah tidak ada perbedaan lagi cara berpakain artis holywood dengan pemudi kita. Tidak ada lagi perbedaan gaya dan warna rambut seorang penyanyai american idol dengan pemuda kita (walaupun kadang-kadang antara wajah dan rambur tidak match ). Tidak ada lagi perbedaan interaksi laki-laki perempuan bangsa indonesia dengan adegan-adegan senetron korea atau taiwan. Karena nggumun itu masyarakat kita merasa ndeso kalau tidak mengikuti sampah peradaban barat tersebut. Padahal sikap seperti inilah ndeso yang sebenarnya.
Dalam konteks gerakan mahasiswa Islam yang sudah dimulai sejak masa pergolakan revolusi, nggumun ternyata pernah (masih?) menghinggapinya. Yang dimaksud nggumun di sini adalah dalam hal pemikiran. Tak jarang sebuah gerakan mahasiswa islam yang tujuan awalnya untuk mendidik para mahasiswa dengan nilai-nilai islam serta untuk menyebarluaskan nilai-nilai itu, ternyata di tengah perjalanan mengalami berbagai pembelokan atau bahkan tanpa arah. Karena pemahaman Islam yang parsial dari aktivisnya, melihat Islam sering hanya dari satu sudut pandang saja misalkan tentang Fiqh oriented atau dakwah sosial kemasyarakatan saja tanpa juga di imbangi dengan pemahaman tauhid serta ilmu alqu’ran dan hadits yng proporsional. Keparsialan pemahaman Islam ini bukan murni kesalahan mereka, tetapi lingkungan, kultur, latar belakang pendidikan keislaman serta orang-orang di sekitarnyalah yang membentuk mereka. Tetapi yang menjadi masalah adalah ketika mereka berani mengatakan (walaupun tidak terucap) bahwa Islam itu jumud, tidak sesuai dengan perkembangan zaman atau paling tidak ada banyak sisi yang tidak bisa diselesaikan oleh Islam. Sehingga pada suatu saat ketika mereka berhadapan –bisa dengan membaca,berdebat, berdiskusi, ketika di cuci otaknya atau hanya sekedar mendengar- dengan ideologi lain hal pertama kali yang mereka rasakan adalah nggumun. Kenggumunan ini bisa muncul karena keminderan dengan Islam yang ternyata parsial dan jumud –menurut mereka- jika dibandingkan dengan Ideologi lain, atau bisa juga seperti fenomena pemuda asli Indonesia yang gaya dan warna rambutnya mirip artis american Idol, hanya biar bisa dikatakan keren, tidak ndeso dan tidak ketinggalan zaman. Jadi belajar ideologi lain biar bisa dikatakan keren, ideologis, aktivis sejati dan sebagainya. Naudzubillahi min dzaalik
Pemahaman Islam yang kurang memadai (tentu juga pengamalannya) sering kali membuat seorang aktivis Islam yang sering berinteraksi dengan pemikiran/ideologi lain, terpelanting dari jalan dakwah yang lurus. Cukuplah kisah seorang Syaikh yang berusaha memerangi firqah bid’ah Syi’ah Rafidlah, kemudian dengan getol mempelajari literatur-literatur sekte ini untuk membantah dan mencari kelemahaanya. Tetapi seiring berjalannya waktu sang Syaikh itu justru keluar dari Ahli Sunnah wal Jamaah dan berpindah ke Syiah Rafidlah.
Umar RA yang pada suatu saat membawa Taurat ke hadapan Rasul dengan alasan mengambil sesuatu yang baik dari Taurat tersebut, tetapi dengan murka Rasul menjawb bahwa andaikan Nabi Musa masih hidup, maka Nabi Musa pun akan mengikuti risalah Rasul. Akan tetapi bukan berarti kita tidak boleh mengambil “sesuatu” dari mereka (orang-orang ber-isme selain Islam), yang perlu kita pahami Rasul atas saran Salman Al-Farisi pernah mengadopsi teknologi perang bangsa penyembah api,Parsi.
Sehingga dapat kita tarik kesimpulan bahwa kita harus tajarrud (totalitas) dalam berislam, tidak boleh ada sedikitpun isme-isme selain Islam dalam kehidupan kita. Tetapi di pihak lain kita diperintahkan untuk mempersiapkan kekuatan dalam menegakkan Agama Allah. Yang salah satu dari kekuatan itu adalah Ilmu pengetahuan dan Teknologi. Walaupun itu harus kita dapatkan dari tangan orang-orang kafir. Karena berdasar sabda Rasul bahwa semua hikmah yang berserakan adalah milik kaum muslimin dan kita berkewajiban untuk mengambilnya kembali. Semoga kita bukan menjadi aktivis yang suka nggumun serta ndeso pemikiran. Wallahu a’lam

Sebab Kekalahan Umat Islam...


Di kompas beberapa waktu yang lalu ada tulisan yang cukup menarik, tentang penyebab langgengnya penjajahan di Indonesia, selama 350 tahun. Bukan karena tidak ada perlawanan dari rakyat Indonesiam tetapi di sebabkan karena para pemegang kekuasaan, mulai dari raja sampai lurah mau "bekerja sama" dengan penjajah dengan kompensasi kekuasaannya tidak akan diganggu dan tentunya dengan beberapa fasilitas tambahan.

Kita juga masih ingat tentang tragedi besar umat Islam. pembunuhan besar-besaran terhadap kaum musliminm pada masa dinasti abbasiyah yang dilakukan oleh tentara mongol, 80.000 orang dibantai dalam waktu satu hari (padahal waktu itu belum ditemukan senjata pemusnah massal). Tahukah kita mengapa begitu mudahnya mongol mengalahkan umat Islam waktu itu? inilah faktanya, seorang perdana menteri dinasti abbasiyah (yang seorang syiah) memberikan data lengkap tentang peta , kekuatan senjata dan pasukan serta kelemahan dinasti abbasiyah kepada jengis khan, penguasa mongol.

Hamas di berangus oleh Presiden Mahmud Abbas, dijadikan partai terlarang. Kelompok Islam yang menolak mengakui eksistensi negara penjajah Israel ini, oleh negara barat di anggap teroris dan tidak bisa di ajak kompromi. Oleh karena itu wajar kalau amerika dan Israel memeberikan dukungan kepada mahmud abbas dan faksi fatah, karena diangap koaperatif, dengan mmberikan senjata dan dana kepada mereka.
apakah tragedi umat Islam akan terulang kembaki???wallahu a'lam

Depdagri Didesak Cabut Raperda Kota Injil

Depdagri Didesak Cabut Raperda Kota Injil
Republika, 24/3/2007
JAKARTA - Keinginan Pemkab dan DPRD Manokowari menyusun rancangan peraturan daerah (raperda) pembinaan mental dan spiritual berbasis Injil ditolak berbagai kalangan. Ketua Fraksi PKS DPR, Mahfudz Siddiq, menilai usulan raperda itu bertentangan dengan UU No 32/2004 tentang Pemerintahan Daerah. "Di UU itu memang diatur, tentang kekhasan daerah, tapi bukan yang berdasarkan agama," kata Mahfudz di Jakarta, Jumat (23/3). Sesuai UU, Kekhasan Daerah yang isyaratkan hanya berdasarkan pada aspek kultural. Dengan mengangkat aspek agama menjadi landasan kekhasan, berarti melanggar UU. "Kita akan minta supaya Depdagri menindaklanjuti masalah ini. Raperda itu harus dicabut," kata Mahfudz.
Draf usulan raperda Manokowari, dinilai anggota DPR asal Fakfak, Irian Jaya Barat, Ali Mochtar Ngabalin, dapat memancing konflik SARA. "Pelanggaran memakai jilbab misalnya, bisa membuat orang berkelahi atas nama agama," kata Ngabalin.
Ketua Dewan Syariah PBNU, KH Ma'ruf Amin berpendapat, sebenarnya sah-sah saja. Bahkan dia tidak keberatan dengan klausul larangan menggunakan pakaian yang mencerminkan simbol agama dan larangan pendirian tempat ibadah di dekat gereja. "Asal Manokowari menjadi kota khusus yang tertutup, tidak menjadi ibu kota Provinsi Irian Jaya Barat," kata Ma'ruf. Namun menjadikan Manokowari sebagai kota khusus yang tertutup adalah hal mustahil. Banyak pelayanan publik yang terhalang," ujarnya. (Republika, 24/3/07)


posted by Mahfudz Siddiq @ 12:27 AM

Wanita Luar Biasa, Pendamping Seorang Pejuang

Akbaruna.com: �Di balik kesuksesan seorang laki-laki di sana ada peranan seorang istri� ungkapan ini cocok bila disandangkan kepada Perdana Menetri Palestina, Ismail Haneya yang berhasil memimpin partai Hamas dan sekarang memimpin rakyat Palestina. Istrinyalah yang telah mendorongnya menjadi pemimpin besar, pemimpin gerakan Islam pertama yang berhasil menjadi pemimpin Nasional. Siapakah wanita yang berada dibalik keberhasilan Ismael Haneya ??.

Berikut ini hasil wawancara Khadrah Hamdan dengan Istri Ismael Haneya, Amal Muhammad Haneya Uqailah yang lahir pada tahun 1963 di kamp pengungsian Shate, Gaza. Khadrah Hamdan berhasil mewawancarainya ketika ia dan suaminya melaksanakan rukun Islam yang kelima di Makkah al-Mukarramah. Ia bercerita banyak tentang kehidupanya, teman hidupnya, Haneya, berikut perannya dalam mendorong suaminya menjadi tokoh besar seperti sekarang ini, dan beberapa orang yang dikenal dalam hidupnya.

Umur 16 tahun

Hajjah Amal telah dijodohkan dengan Haneya sejak berumur 16 tahun. Antara ia dan suaminya tak terpaut jauh dari sisi usia. Namun sejak itu Amal menghilang, tidak diketahui kabar beritanya kecuali dari beberapa kerabat dan tetangga dekatnya. Amal meninggalkan belajarnya, di saat Haneya melanjutkan kuliahnya yang dibiayai oleh ayah Amal yang merupakan saudara kandung bapak Haneya. Dialah yang membiayai pendidikan Haneya sejak kecil, karena ayah Ismael Haneya sudah meninggal saat Ismael masih bayi. Muhammad Haneya kemudian menikahkan anaknya (Amal) dengan Ismael Haneya sambil terus membiayai kuliah Ismael hingga ia memperoleh gelar Bachelors jurusan Bahasa Arab dengan nilai cum laude. Ia juga yang membelikan mahar bagi Amal dan menempatkanya bersama anak tunggal saudaranya.

Masa-Masa Sulit Ketika Ditinggal Suami

Setelah Amal menikah dengan Ismail Haneya yang suka dipanggil dengan Abu Abdis Salam, sering kali Ummu Abdu Salam ini sendirian dalam waktu yang lama. Menurut cerita Amal, �Suatu saat ketika Abu Abdisslam masih sekolah, selepas pulang dari sekolah, ia buru-buru melemparkan tasnya kemudian pergi ke lapangan dan bermain bola bersama teman-temanya. Setelah main bola, ia makan roti sandwich dan minum minuman yang berkarbonasi bersama teman-temanya. Terus ngobrol hingga larut malam, terkadang sampai jam 2.00 pagi. Ketika Ismail masuk kampus, intensitas kesibukannya semakin luas, sehingga jarang ketemu dengan keluarga. Terutama saat ia menjabat wakil ketua dewan mahasiswa lalu menjadi ketuanya.

Dalam sambutan di acara wisuda Universitas Islam Gaza, Ismail Haneya mempertanyakan tentang pekerjaan apa yang akan diperoleh ratusan alumni Univ. Gaza ?. Saat itu, acara tersebut dihadiri juga oleh Ketua Sekolah Tinggi Agama Al-Azhar, DR. Muhammad Awad dan Rektor Univ. Islam Gaza, DR. Muhammad Shiyam (yang pernah datang ke Indonesia bulan Ramadhan 1427 lalu, red). Keduanya mengatakan, di akhir acara wisuda, bahwa Ismail Haneya akan dijadikan pegawai di Unversitas tersebut.

Pada tahun 1987, Ismail Haneya mendapat tugas mengajar. Setelah selang dua bulan, ia mendapat gaji pertama dari hasil keringat mengajarnya sebesar 900 shekel (mata uang Israel, 1 dollar = 4 Shekel, red). Dengan gembira ia pulang dan memanggil istrinya, �Ya Ummu Abd gembiralah apa yang aku bawa ini, belanjakanlah apa saja sesuka hatimu !!�

Baru saja Isamil Haneya bekerja di Universitas Gaza, agen-agen zionis memata-matai kegiatan Haneya dan melaporkanya ke intelejen Israel. Kontan intelejen Israel menangkap Haneya dan memenjarakannya selama 12 hari.

Masih pada tahun 1987 Ismael Haneya kembali ditahan selama 12 hari lagi, kemudian ditangkap lagi dan dipenjara selama 6 bulan, lalu dibebaskan. Setelah 7 bulan ia menghirup udara bebas, kembali ia ditangkap dan dipenjarakan selama 3,5 tahun dan membayar denda sebanyak 6.000 Shekel. Agar dapat keluar sebelum masa tahanan enam bulan habis, dengan susah payah mertuanya yang hanya bekerja sebagai nelayan di pantai Gaza harus membayar denda tak berperikemanusiaan tersebut.

Penderitaan keluarga Haneya tak berakhir sampai disitu. Pemerintah Zionis Israel kemudian mengeluarkan pencekalan dan mengasingkan Haneya ke Marj El-Zohor, wilayah selatan Libanon. Selama dalam pengasingan, istrinyalah yang membiayai kehidupan keluarga dan ia juga yang membayar semua ongkos, hanya untuk berbicara dengan suaminya tersebut. Keadaan ini mereka jalani selama sembilan bulan.

Setelah masa pengasingan berakhir, Haneya kemudian ditangkap oleh pemerintahan Otoritas Palestina dan dipenjara selama beberapa kali. Kehidupannya tak sepi dari penderitaan, tapi Alhamdulillah diberikan kekuatan oleh Allah. Ia (Ummu Abd) tetap bersyukur pada Allah telah diberikan suami yang taat beragama, bertakwa dan berdedikasi, ungkapnya. Ia juga menyatakan siap untuk berkorban lebih banyak lagi demi suaminya tercinta.

Ibu dari tigabelas anak ini mengaku telah terbiasa ditinggal-tinggal suaminya. Ia juga pernah menjual satu-satunya perhiasan yang ia punyai, yaitu mahar dan menyerahkan pada suaminya sebagai modal perjuangan. Sering kali ia harus menghemat gaji suaminya dari Univ. Islam Gaza, untuk kehidupan sehari-harinya, terutama ketika suaminya di penjara.

Setelah suaminya keluar dari penjara Zionis Israel, terpaksi Ummu Abd menjual kendaraanya untuk memperbaiki rumah yang ia tinggali berasama bapaknya yang hanya terdiri dari satu tingkat itu.

13 Buah Hati

Dari hasil pernikahanya dengan Abu Abd (Ismael Haneya) Amal (Ummu Abd) dikarunia 13 putra dan putri. Yang paling besar bernama Abdus Salam lahir pada tahun 1981. Disusul Hammam, lahir tahun 1983. Kemudian, Wassam lahir tahun 1984, Mu�adz, tahun 1985, Sina, tahun 1986 (sudah menikah) Butsainah yang lahir pada tahun 1987 juga sudah menikah. Ketika Abu Abd berada dip enjara tahun 1992, anak ke tujuh mereka lahir dan diberi nama Khaulah. Dan ketika Abu Abd berada di pengasingan yaitu tahun 1994, maka lahirlah anak kedelapan mereka, yang diberinama Aid. Diikuti oleh Hazim pada tahun sama, lalu Amirah tahun 1995, Muhammad pada tahun 1996, Latifah tahun 1998 dan terakhir Sarah baru berusia 3 tahun yang paling disayang oleh sang perdana menteri ini.

Ketika suaminya tidak ada, maka Ummu Abd lah yang mengurus ke 13 putra-putrinya tersebut bersama ibunya Ismael Hanya yang sakit-sakitan. Sering kali tiap malam ia harus begadang setelah sebelumnya mengajari anak-anaknya. �Sebagaimana aku dulu membantu ayah mereka dalam tugas-tugas kuliahnya dan membantu dalam menghafalkan Al-Qur�an�, ungkapnya. Maka aku sebaik-baik teman baginya di rumah dan mengatur rumah ini menjadi rumah sakinah, mawaddah warga rahmah. Tak heran bila Abu Abd terkagum-kagum ketika ia pulang dari penjara dengan hasil pendidikan terhadap anak-anakku. Dan aku telah siap membantunya kapanpun hingga hari ini.

Upaya Pembunuhan Pertama

Pada tahun 2003, Abu Abd pergi bersama anak nomor dua, Hammam untuk mengunjungi kakeknya. Aku (ummu Abd) mendengar suara roket yang menghantam salah satu rumah di sana. Aku berdo�a semoga rudal tersebut tidak mengenai siapapun. Selang beberapa saat datang kabar bahwa rudal tersebut mengenai rumah yang ditempati Syaikh Ahmad Yasin dan kantornya yang ditunggui oleh Ismail Haneya, suaminya. Betapa aku tersentak mendengar kabar tersebut, karena anak dan suamiku sedang berada di rumah DR. Marwan Abu Ras yang berada dekat dengan rumah As-Sayahid Syaikh Yasin. Saat itu, aku berdo�a kepada Allah semoga menyelematkan anak dan suaminya.

Ketika aku melihat dia pulang dengan selamat, aku berlari ke luar rumah sambil tersenyum bersyukur melihat anak dan suaminya kembali. Di situ sudah ada ribuan kaum muslimin yang mengucapkan selamat kepada suaminya.

Sejak saat itu, ketika aku mendengar suara pesawat Israel di langit Gaza, aku membayangkan mendengar kabar kesyahidan suamiku. Memang untuk berpisah dengannya sangat berat, namun jalan hidupnya menentukan demikian. Penderitaan, kesengsaraan dan semua peristiwa yang telah aku alami membuatku selalu mengira-ngira suamiku mati di jalan Allah (Syahid) atau memperoleh kemenangan, atau berjalan sebagaiman biasa, seperti ini. Sebenarnya aku menginginkan dia syahid, sebagaimana aku pun menginginkanya.

Suamiku, Sang Perdana Menteri

Istri yang baik adalah istri yang mendorong suaminya dalam kebaikan. Begitulah yang dilakukan Ummu Abdusalam, istri Perdana Menteri Palestina, Ismael Haneya yang mendorong suaminya ketika berlaga dalam kancah pemilihan umum parlemen untuk pertama kalinya. Ia sangat gembira menyaksikan gerakan Hamas, dimana suaminya berkiprah, mencapai kemenangan dalam perjuangan politik di Palestina. Orang-orang telah memilihnya dalam tahap demi tahap pemilihan, terutama setelah pembentukan pemerintahan Palestina. Ummu Abd mengaku belum pernah melihat kecintaan yang begitu besar dari rakyat Palestina terhadap pemerintahnya seperti kecintaannya mereka kepada pemerintahan Hamas ini. Sebagai contoh saja, ketika ia dan suaminya menunaikan ibadah Haji di Makkah Mukarramah kemarin, semua orang yang mengenalnya menyalaminya dan mengucapkan selamat serta mendukung terhadap perdana menteri Palestina ini. Mereka juga berebut berfoto dengan pemimpin ummat tersebut. Ia menambahkan, aku mendengar dengan telingaku sendiri bahwa kemenangan Hamas di Palestina telah menaikkan citra Islam di dunia dan memberikan harapan bagi rakyat lain untuk bisa seperti Hamas.

Seorang istri yang sederhana tetapi perkasa dalam menghadapi tantangan dan cobaan dari pihak Zionis Israel yang tak henti-hentinya menangkap suaminya dialah Ummu Abdusalam, Amal binti Muhammad Haneya. Suatu ketika ia mengatakan pada seorang tentara Israel yang datang untuk menangkap suaminya, �jika kamu menjulurkan tanganmu akan akan patahkan kedua tanganmu itu !. Sama halnya ketika datang seorang polisi Palestina yang datang untuk menangkap pemimpin Gerakan Hamas ini. Ia mengatakan, �Kalian ini berlaku seperti Yahudi, sedang Yahudi tidak ada yang kembali ke sini.� Ia sendiri merasa kaget dengan apa yang dikatakanya, suatu saat ia makan bersama suaminya, hari esoknya suaminya sudah ditangkap oleh pasukan musuh.

Mengenai kehidupanya sekarang, Ummu Abd menjelaskan, �Insya Allah aku akan tetap mendukung perjuangan suamiku untuk mempertahankan kedudukanya hingga habis masa jabatanya selama empat tahun. Suamiku tidak akan lengser dari jabatanya. Kami optimis dapat membebaskan rakyat Palestina dari embargo internasional. Namun terakhir aku pernah berkata pada Abu Abd, �Wahai suamiku, engkau boleh turun dari jabatanmu, jika ada jaminan diangkatnya embargo dari rakyatmu, para pegawaimu yang hingga saat ini belum mendapatkan gaji !.

Ummu Abd menegaskan, keluarganya yang terdiri dari 13 orang, empat diantaranya telah punya suami dan yang lainya masing anak-anak, hidup layaknya rakyat biasa. Ia berharap isu bahwa keluarganya mendapat uang dari Hamas segera berhenti. �Kami tidak pernah menerima uang dari salah satu anak-anakku yang sudah jadi pegawai negeri yaitu Wassam yang berkerja di Pasukan Keamanan Dalam Negeri,� tambahnya meyakinkan.

Wassam belum menerima gaji dari siapapun. Ia juga pernah mengambil jatah utangan sebagaimana para pegawai lainya. Sementara suamiku memberikan seluruh gaji pertamanya kepada keluarga yang ditinggal syahid. Adapun gaji kedua, kami infakkan sebagiannya pada fakir miskin.

Rumah Yang Bersahaja

Rumah yang ditempati sekarang ini bersama suaminya sangat sederhana untuk ukuran pemimpin negara. Ummu Abd mengatakan, ia tidak akan minta perubahan bagi rumahnya tersebut. Rumah itu sudah dibangun sebelum suaminya menjabat perdana menteri. Rumah yang terdiri dari dua tingkat itu dihuni oleh lima keluarga. Ummu Abd, anak-anak dan suaminya menempati tingkat pertama bersama anak sulungnya yang sudah menikah, Abdus Salam. Sementara tingkat dua ditempati oleh anak ketiganya yang sudah menikah. (asy/AMRais)

Duh, Jaga Hijab Dong...



Posted by: ayat_al_akrash on Friday, January 28, 2005 - 01:33


Hudzaifah.org - “Dia ikhwan ya? Tapi kok kalau bicara sama akhwat dekat sekali???,” tanya seorang akhwat kepada temannya karena ia sering melihat seorang aktivis rohis yang bila berbicara dengan lawan jenis, sangat dekat posisi tubuhnya.

“Mbak, akhwat yang itu sudah menikah? Kok akrab sekali sama ikhwan itu?,” tanya sang mad’u kepada murabbinya karena ia sering melihat dua aktivis rohis itu kemana-mana selalu bersama sehingga terlihat seperti pasangan yang sudah menikah.

“Duh… ngeri, lihat itu… ikhwan-akhwat berbicaranya sangat dekat……,” ujar seorang akhwat kepada juniornya, dengan wajah resah, ketika melihat ikhwan-akhwat di depan masjid yang tak jauh beda seperti orang berpacaran.

“Si fulan itu ikhwan bukan yah? Kok kelakuannya begitu sama akhwat?,” tanya seorang akhwat penuh keheranan.

Demikianlah kejadian yang sering dipertanyakan. Pelanggaran batas-batas pergaulan ikhwan-akhwat masih saja terjadi dan hal itu bisa disebabkan karena:
1. Belum mengetahui batas-batas pergaulan ikhwan-akhwat.
2. Sudah mengetahui, namun belum memahami.
3. Sudah mengetahui namun tidak mau mengamalkan.
4. Sudah mengetahui dan memahami, namun tergelincir karena lalai.

Dan bisa jadi kejadian itu disebabkan karena kita masih sibuk menghiasi penampilan luar kita dengan jilbab lebar warna warni atau dengan berjanggut dan celana mengatung, namun kita lupa menghiasi akhlak. Kita sibuk berhiaskan simbol-simbol Islam namun lupa substansi Islam. Kita berkutat menghafal materi Islam namun tidak fokus pada tataran pemahaman dan amal.

Sesungguhnya panggilan ‘ikhwan’ dan ‘akhwat’ adalah panggilan persaudaraan. ‘Ikhwan’ artinya adalah saudara laki-laki, dan ‘akhwat’ adalah saudara perempuan. Namun di ruang lingkup aktivis rohis, ada dikhotomi bahwa gelar itu ditujukan untuk orang-orang yang berjuang menegakkan agama-Nya, yang islamnya shahih, syamil, lurus fikrahnya dan akhlaknya baik. Atau bisa dikonotasikan dengan jamaah. Maka tidak heran bila terkadang dipertanyakan ke-‘ikhwanan’-nya atau ke-‘akhwatan’-nya bila belum bisa menjaga batas-batas pergaulan (hijab) ikhwan-akhwat.

Aktivis sekuler tak lagi segan

Seorang ustadz bercerita bahwa ada aktivis sekuler yang berkata kepadanya, ”Ustadz, dulu saya salut pada orang-orang rohis karena bisa menjaga pergaulan ikhwan-akhwat, namun kini mereka sama saja dengan kami. Kami jadi tak segan lagi.”

Ungkapan aktivis sekuler di atas dapat menohok kita selaku jundi-jundi yang ingin memperjuangkan agama-Nya. Menjaga pergaulan dengan lawan jenis memang bukanlah hal yang mudah karena fitrah laki-laki adalah mencintai wanita dan demikian pula sebaliknya. Hanya dengan keimanan yang kokoh dan mujahadah sajalah yang membuat seseorang dapat istiqomah menjaga batas-batas ini.

Pelanggaran batas-batas pergaulan ikhwan-akhwat

Berikut ini adalah pelanggaran-pelanggaran yang masih sering terjadi:

1. Pulang Berdua
Usai rapat acara rohis, karena pulang ke arah yang sama maka akhwat pulang bersama di mobil ikhwan. Berdua saja. Dan musik yang diputar masih lagu dari Peterpan pula ataupun lagu-lagu cinta lainnya.

2. Rapat Berhadap-Hadapan
Rapat dengan posisi berhadap-hadapan seperti ini sangatlah ‘cair’ dan rentan akan timbulnya ikhtilath. Alangkah baiknya - bila belum mampu menggunakan hijab - dibuat jarak yang cukup antara ikhwan dan akhwat.

3. Tidak Menundukkan Pandangan (Gadhul Bashar)
Bukankah ada pepatah yang mengatakan, “Dari mana datangnya cinta? Dari mata turun ke hati”. Maka jangan kita ikuti seruan yang mengatakan, ”Ah, tidak perlu gadhul bashar, yang penting kan jaga hati!” Namun, tentu aplikasinya tidak harus dengan cara selalu menunduk ke tanah sampai-sampai menabrak dinding. Mungkin dapat disiasati dengan melihat ujung-ujung jilbab atau mata semu/samping.

4. Duduk/ Jalan Berduaan
Duduk berdua di taman kampus untuk berdiskusi Islam (mungkin). Namun apapun alasannya, bukankah masyarakat kampus tidak ambil pusing dengan apa yang sedang didiskusikan karena yang terlihat di mata mereka adalah aktivis berduaan, titik. Maka menutup pintu fitnah ini adalah langkah terbaik kita.

5. “Men-tek” Untuk Menikah
“Bagaimana, ukh? Tapi nikahnya tiga tahun lagi. Habis, ana takut antum diambil orang.” Sang ikhwan belum lulus kuliah sehingga ‘men-tek’ seorang akhwat untuk menikah karena takut kehilangan, padahal tak jelas juga kapan akan menikahnya. Hal ini sangatlah riskan.

6. Telfon Tidak Urgen
Menelfon dan mengobrol tak tentu arah, yang tak ada nilai urgensinya.

7. SMS Tidak Urgen
Saling berdialog via SMS mengenai hal-hal yang tak ada kaitannya dengan da’wah, sampai-sampai pulsa habis sebelum waktunya.

8. Berbicara Mendayu-Dayu
“Deuu si akhiii, antum bisa aja deh…..” ucap sang akhwat kepada seorang ikhwan sambil tertawa kecil dan terdengar sedikit manja.

9. Bahasa Yang Akrab
Via SMS, via kertas, via fax, via email ataupun via YM. Message yang disampaikan begitu akrabnya, “Oke deh Pak fulan, nyang penting rapatnya lancar khaaan. Kalau begitchu.., ngga usah ditunda lagi yah, otre deh :).“ Meskipun sudah sering beraktivitas bersama, namun ikhwan-akhwat tetaplah bukan sepasang suami isteri yang bisa mengakrabkan diri dengan bebasnya. Walau ini hanya bahasa tulisan, namun dapat membekas di hati si penerima ataupun si pengirim sendiri.

10. Curhat
“Duh, bagaimana ya…., ane bingung nih, banyak masalah begini … dan begitu, akh….” Curhat berduaan akan menimbulkan kedekatan, lalu ikatan hati, kemudian dapat menimbulkan permainan hati yang bisa menganggu tribulasi da’wah. Apatah lagi bila yang dicurhatkan tidak ada sangkut pautnya dengan da’wah.

11 Yahoo Messenger/Chatting Yang Tidak Urgen
YM termasuk fasilitas. Tidaklah berdosa bila ingin menyampaikan hal-hal penting di sini. Namun menjadi bermasalah bila topik pembicaraan melebar kemana-mana dan tidak fokus pada da’wah karena khalwat virtual bisa saja terjadi.

12. Bercanda ikhwan-akhwat
“Biasa aza lagi, ukhtiii… hehehehe,” ujar seorang ikhwan sambil tertawa. Bahkan mungkin karena terlalu banyak syetan di sekeliling, sang akhwat hampir saja mencubit lengan sang ikhwan.

Dalil untuk nomor 1-5:
a. Rasulullah SAW bersabda, "Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka jangan sekali-kali dia bersendirian dengan seorang perempuan yang tidak bersama mahramnya, karena yang ketiganya ialah syaitan.” (HR.Ahmad)

b. Allah SWT berfirman, “Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman, ‘Hendaknya mereka menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya……” (QS.24: 30)

c. Allah SWT berfirman, “Katakanlah kepada wanita yang beriman, ‘Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya……” (QS.24: 31)

d. Rasulullah SAW bersabda, “Pandangan mata adalah salah satu dari panah-panah iblis, barangsiapa menundukkannya karena Allah, maka akan dirasakan manisnya iman dalam hatinya.”

e. Rasulullah saw. Bersabda, "Wahai Ali, janganlah engkau ikuti pandangan yang satu dengan pandangan yang lain. Engkau hanya boleh melakukan pandangan yang pertama, sedang pandangan yang kedua adalah resiko bagimu." (HR Ahmad)

Dalil untuk nomor 6-12:
"... Maka janganlah kamu tunduk dalam berbicara sehingga berkeinginanlah orang yang ada penyakit di dalam hatinya..." (Al Ahzab: 32)

Penutup

Di dalam Islam, pergaulan laki-laki dan perempuan sangatlah dijaga. Kewajiban berjillbab, menundukkan pandangan, tidak khalwat (berduaan), tidak ikhtilath (bercampur baur), tidak tunduk dalam berbicara (mendayu-dayu) dan dorongan Islam untuk segera menikah, itu semua adalah penjagaan tatanan kehidupan sosial muslim agar terjaga kehormatan dan kemuliaannya.

Kehormatan seorang muslim sangatlah dipelihara di dalam Islam, sampai-sampai untuk mendekati zinanya saja sudah dilarang. “Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk.” (QS. Al Isra:32).

Pelanggaran di atas dapat dikategorikan kepada hal-hal yang mendekati zina karena jika dibiarkan, bukan tidak mungkin akan mengarah pada zina yang sesungguhnya, na’udzubillah. Maka, bersama-sama kita saling menjaga pergaulan ikhwan-akhwat. Wahai akhwat…., jagalah para ikhwan. Dan wahai ikhwan…., jagalah para akhwat. Jagalah agar tidak terjerumus ke dalam kategori mendekati zina.

“Ya Rabbi…, istiqomahkanlah kami di jalan-Mu. Jangan sampai kami tergelincir ataupun terkena debu-debu yang dapat mengotori perjuangan kami di jalan-Mu, yang jika saja Engkau tak tampakkan kesalahan-kesalahan itu pada kami sekarang, niscaya kami tak menyadari kesalahan itu selamanya. Ampunilah kami ya Allah…… Tolonglah kami membersihkannya hingga dapat bercahaya kembali cermin hati kami. Kabulkanlah ya Allah… “


By: Ayat Al Akrash

Tarbiyah Dzatiyah

dan bertakwalah kalian kepada Allah, pasti Allah akan ajarkan kalian, dan Allah Maha Mengetahui atas segala sesuatu.” (QS 2:282)

Kita menyadari bahwa upaya pembenahan diri merupakan kerja suci dalam rangka pencapaian kualitas ketakwaan yang prima menuju keridhaan Allah. Banyak hal yang bisa dijalankan guna meraih predikat muttaqin di mata Allah. Setiap aktivitas kehidupan pada dasarnya berpeluang menjadi ibadah. Makan, minum, bekerja, belajar, berolah raga, bercengkrama dengan keluarga, istirahat, mengurus rumah tangga, mengasuh anak, membaca, menulis, menyaksikan dan lain sebagainya merupakan sarana mendekatkan diri kepada Allah bila dilakukan dengan tata cara yang benar sesuai syariat Islam. Untuk itulah diperlukan kemampuan untuk bisa menempatkan diri secara tepat sehingga terbuktilah ikrar kita, “..inna shalati wanusuki wamahyaya wamamati lillahi rabbil ‘alamin..” Kemampuan untuk menempatkan diri secara baik bukanlah sesuatu yang muncul begitu saja. Ia merupakan buah dari proses panjang pembinaan dan pembentukan sedemikian rupa sehingga melahirkan pribadi tangguh yang siap mengatasi berbagai kendala. Salah satu wujud kematangan seseorang dalam menempatkan diri adalah saat dia telah menerapkan tarbiyah dzatiyah dalam perjalanan kehidupannya.

Tarbiyah Dzatiyah dicirikan dalam wujud semangat untuk meraih berbagai kebaikan, sekaligus daya tahan diri yang kuat untuk dapat menghindari keburukan. Dua hal itulah yang dimiliki para nabi dan salafus-shalih. Sejarah mencatat bagaimana Rasulullah Muhammad saw memperjuangkan Islam dengan semangat yang begitu mempesona. Beliau tanamkan semangat kebenaran dalam diri para sahabatnya. Beliau wariskan semangat kebenaran bagi kita. Dengan semangat kebenaran itulah Islam terus diperjuangkan ke seluruh penjuru dunia. Rasulullah juga dikaruniai Allah kemampuan untuk menjauhi keburukan. Sejak kecil diriwayatkan bahwa beliau selalu menghindari permainan yang tidak berguna. Memasuki kehidupan berkeluarga dengan kesibukan berniaga. Mengisi usia ‘rawan’ (30-40 tahun) dengan menyendiri dan bertafakur di Gua Hira. Hingga dapat dikatakan bahwa sebelum memasuki masa kenabian tarbiyah dzatiyah memang telah Allah karuniakan kepadanya dan semakin mempesona ketika beliau telah diangkat menjadi Rasul dengan membawa Al Qur’an sebagi petunjuk bagi kita semua.. Dan tidaklah berlebihan bila Aisyah mengatakan “Akhlaq Nabi Muhammad itu adalah Al Qur’an.” Teladan tambahan -disamping pribadi Rasulullah saw- adalah tarbiyah dzatiyah yang diperankan oleh Nabi Yusuf as. Tanpa sanak famili, beliau tumbuh berkembang menjadi pribadi kuat, cerdas dan amanah. Ketampanannya tidak membuat beliau lupa diri dan tetap menyadari pengawasan Allah. Kekayaannya malah menjadikan ia dermawan. Ilmunya tak menjadikan dia sombong, Perlakuan keji saudara-saudaranya tak sedikitpun menanamkan dendam. Dan tengoklah betapa cintanya ia pada ayahnya (Nabi Ya’qub), sebagaimana ayahnya juga mencintainya.
Sesuatu yang begitu berat untuk dihadapi adalah derasnya nafsu syaithan. Betapa terkadang atau bahkan seringkali kita terjerumus pada godaan syaithan baik dalam skala kecil maupun besar. Bahwa selain Nabi dan manusia-manusia terpilih, adalah kebanyakan kita rentan terhadap dosa. Dosa bukan hanya monopoli ahli maksiat, melainkan juga menghinggapi para ustadz, ulama dan para pemimpin organisasi Islam. Dosa tentu saja akan mengurangi nilai kita di mata siapa saja, membuat kita malu pada Allah dan orang-orang beriman dan memperberat timbangan keburukan kita nanti di yaumil akhir. Untuk itulah kita harus senantiasa waspada menghindari dosa sekecil apapun. Dengan tarbiyah dzatiyah kita mencoba untuk istiqamah secara mandiri. Namun bukan berarti kita mengecilkan atau tidak lagi memerlukan peran guru, melainkan menjadikan diri kita lebih mendominasi proses ketakwaan. Bahkan keinginan kita untuk terus berguru dan menghormati peran guru diharap muncul dari kematangan tarbiyah dzatiyah kita.
Berikut ini adalah sejumlah agenda yang mungkin bisa membantu mematangkan tarbiyah dzatiyah kita:
Tanamkan motivasi kuat untuk menjadikan diri sebagai ujung tombak resistensi pengaruh-pengaruh buruk dan penjagaan serta perjuangan nilai-nilai Islam “SIAPA LAGI KALAU BUKAN KITA YG MENJADI BENTENG UNTUK MENAHAN ARUS KEMAKSIYATAN DAN DOSA”
Terus evaluasi dan tafakkur mengenali kekurangan diri, mewaspadai berbagai faktor yang dapat melemahkan. “MUHASABAH”
Tingkatkan kualitas diri dengan terus membaca, mendengar, berlatih, bertanya, bertafakur dan meminta masukan atau nasihat “TERUS BELAJAR”
Terus mamanfaatkan waktu dan menjadwal rutinitas guna menghindari terbuangnya kesempatan dengan percuma, karena seringkali kelalaian terhadap waktu dan ketiadaan penjadwalan merupakan faktor awal kegagalan tarbiyah dzatiyah. “MENGATUR WAKTU”
Tetaplah berdoa, bertobat dan bersedekah guna pemeliharaan kesalihan dan kebersihan diri, karena kondisi diri yang bersih akan membantu proses tarbiyah dzatiyah.“TAZKIYATUN NAFS”

“Dan bekerjalah kalian, nanti pasti Allah, Rasul dan orang-orang beriman akan melihat hasil kerja kalian. Dan kalian akan dikembalikan kepada Allah yang mengetahui segala yang ghaib dan nyata. Dan akan diberitakan kepada kalian apa yang telah kalian kerjakan di dunia.” (QS 9:105)
(Sumber : Kumpulan Materi Tarbiyah - Dept.Kaderisasi DPP PK Sejahtera

Tarbiyah Ruhiyah

DR. Abdullah Nashih Ulwan

Dalam Q.S. Al Anfaal:29
“Hai orang2 yang beriman, jika kamu bertaqwa kepada Allah, niscaya Dia akan memberikan kepadamu ´´furqaan´´ dan menghapuskan segala kesalahan-kesalahanmu dan mengampuni dosa-dosamu. Dan Allah mempunyai karunia yang besar“

Dan dalam Q.S. Al Hadid:28
“Hai orang2 ynag beriman, bertaqwallah kpd Allah dan beriman kepada Rasul-Nya niscaya Allah memberikan rahmat-Nya kepadamu dua bagian, dan menjadikan untukmu cahaya yang dengan cahaya itu kamu bisa berjalan dan dia mengampuni kamu. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang“

Jika kita renungkan ayat tersebut diatas, maka dengan TAQWA kpd Allah, Allah akan:
1. Memberikan furqaan kepada orang mu´min, yang dgnnya kita dapat membedakan antara yang haq dan yang bathil
2. Mengahapuskan segala kesalahan2 kita
3. Mengampuni dosa2 kita
4. Memberikan cahaya yang akan menerangi kehidupan kita, sehingga kt akan selalu mendapatkan jalan keluar yang baik dr setiap permasalahan yang dihadapi

Hakikat Taqwa
Taqwa lahir dari konsekuensi logis dari keimanan yyang kokoh, keimanan yang selalu dipupuk dgn Muroqobatullah, mersa takut terhadap murka dan adzab-Nya, dan selalu berharap limpahan karunia dan maghfirah-Nya. Atau seperti yang didefinisikan para ulama: Taqwa adalah hendaklah Allah tidak melihat kamu berada dalam larangan-larangan-Nya dan tidak kehilangan kamu dalam perintah-perintah-Nya.

Jalan untuk mencapai Taqwa
1. Muáhadah (Mengingat perjanjian)
“Dan tepatilah perjanjian dengan Allah apabila kamu berjanji….“ (Q.S.An Nahl:91)
Yaitu perjanjian seperti yang terdapat didlm Q.S. Al A´raf:172 dan Al Fatihah:5

2. Muroqobah (Merasakan kesertaan Allah)
“Yang melihat kamu ketika kamu berdiri (u/ shalat) dan melihat pula perubahan gerak badanmu diantara orang2 yang sujud“ (Q.S. Asy Syura:218-219)

Dan dalam Hadist ttg Ihsan:
“Hendaklah kamu beribadah kepada Allah seolah-olah kamu melihat-Nya dan jika memang kamu tidak melihatNya, maka sesungguhnya Allah melihat kamu“

Ibadah yang bagaimana yang bisa membuat Allah suka/cinta terhadap ibadah kita tsbt. Perbanyak Dzikir (mengingat Allah). Imam Hasan Al Bashri berkata, “Semoga Allah mencurahkan rahmat-Nya kepada seorang hamba yang selalu mempertimbangkan niatnya. Bila semata-mata karena Allah maka dilaksanakannya tetapi jika sebaliknya maka ditinggalkannya“.

Macam-macam Muraqobah:
- Muroqobah dalam melaksanakan ketaatan kepada-Nya, yaitu dengan Ikhlas
- Muroqobah dalam kemaksiatan adalah dgn taubat, penyesalan dan meninggalkannya secara total
- Muroqobah dalam hal2 yang mubah adalah dgn menjaga adab2 terhadap Allah dan bersyukur atas segala nikmat-Nya
- Muroqobah dalam musibah adalah dengan ridha terhadap ketentuan-Nya serta memohon pertolongan-Nya dgn penuh kesabaran

3. Muhasabah (Interospeksi diri)
“Hai orang2 yang beriman , bertaqwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya u/ hari esok (akhirat) dan bertaqwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang telah kamu kerjakan“
(Q.S. Al Hasyr:18)

Dari Umar al Faruq r.a. berkata, “Hisablah diri kalian sebelum kalian dihisab, timbanglah diri kalian sebelum kalian ditm yang agung (hari kiamat). Di hari itu kamu dihadapkan kepada pemeriksaan, tiada yang tersembunyi dari amal kalian barang satu pun´´

Bagaimana mungkin bisa memperbaiki diri jika tidak ada muhasabah, tanpa muhasabah maka tidaka akan ada perubahan

4. Muáqobah (Pemberian sanksi)
“Dan dalam qishah itu ada (jaminan kelangsungan) hidup bagimu, wahai orang2 yang berakal, supaya kamu bertaqwa´´ (Q.S. Al Baqarah:178)

Apabila seorang mu´min menemukan kesalahan maka tidak pantas baginya untuk membiarkannya. Sebab membiarkan diri dalam kesalahan akan mempermudah terlanggarnya kesalahan2 yang lain dan akan semakin sulit untuk meninggalkannya. Sanksi itu harus dgn sesuatu yang mubah, tidak boleh dgn sanksi yang haram

5. Mujahadah (Optimalisasi)
Mujahadah sebagaimana dl Q.S. Al ankabuut:69
“Dan orang2 yang berjihad u/ (mencari keridhaan) Kami, benar2 akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan2 Kami. Dan sesungguhNya Allah benar2 beserta orang2 yang berbuat baik´´
berarti apabila seorang mu´min terseret dalam kemalasan, santai, cinta dunia dan tidak lagi melaksanakan amal2 sunnah serta ketaatan lainnya tepat pada waktunya mala ia harus memaksa dirinya melakukan amal2 sunnah lebih banyak dari sebelumnya.

Beramal hendaknya jangan seadanya. Bersungguh2lah dalam keadaan apapun dan dalam melakukan amalan apa saja. Dalam sebuah Hadist Qudsi:
“Dari Abu Hurairah bahwa beliau berkata, Rasulullah bersabda:“Sesungguhnya Allah berfirman: Tidaklah seorang hamba-Ku mendekat kepada-Ku dengan sesuatu yang lebih Aku sukai selain dari amalan2 wajib dan seorang hambaKu senantiasa mendekat kepada-Ku dengan melakukan amalan2 sunnat, sehingga Aku mencintgainya. Apabila Aku telah mencintai-Nya, maka Akulah yang menjadi pendengarannya dan sebagai tangan yang digunakannya untuk memeganagn dan kaki yang dia pakai u/ berjalan dan apabila ia memohon kepada-Ku pasti Kukabulkan, dan jika berlindung kepada-Ku pasti Ku lindungi.’’

Berjuang melawan hawa nafsu

Nafsu adalah kecondongan jiwa kepada perkara-perkara yang selaras dengan kehendaknya. Kecondongan ini secara fitrah telah diciptakan pada diri manusia demi kelangsungan hidup mereka. Sebab bila tak ada selera terhadap makanan, minuman dan kebutuhan biologis lainnya niscaya tidak akan tergerak untuk makan, minum dan memenuhi kebutuhan biologis tersebut.Nafsu mendorongnya kepada hal-hal yang dikehendakinya tersebut. Sebagaimana rasa emosional mencegahnya dari hal-hal yang menyakitinya.
Maka dari itu tidak boleh mencela nafsu secara mutlak dan tidak boleh pula memujinya secara mutlak. Namun karena kebiasaan orang yang mengikuti hawa nafsu, syahwat dan emosinya tidak dapat berhenti sampai pada batas yang bermanfaat saja maka dari itulah hawa nafsu, syahwat dan emosi dicela, karena besarnya mudharat yang ditimbulkannya.

Sehubungan manusia selalu diuji dengan hawa nafsu, tidak seperti hewan dan setiap saat ia mengalami berbagai macam gejolak, maka ia harus memiliki dua peredam, yaitu akal sehat dan agama. Maka diperintahkan untuk mengangkat seluruh hawa nafsu kepada agama dan akal sehat. Dan hendaknya ia selalu mematuhi keputusan kedua peredam tersebut.

Lalu bagaimana solusi bagi orang yang sudah terjerat dari hawa nafsu agar terlepas dari jeratannya? Ia bisa terlepas dari jeratan hawa nafsu dengan pertolongan Allah dan taufik-Nya melalui terapi berikut :

Tekad membara yang membakar kecemburuannya terhadap dirinya.

Seteguk kesabaran untuk memotivasi dirinya agar bersabar atas kepahitan yang dirasakan saat mengekang hawa nafsu.
kekuatan jiwa untuk menumbuhkan keberaniaannya meminum seteguk kesabaran tersebut. Karena hakikat keberanian tersebut adalah sabar barang sesaat! sebaik-baik bekal dalam hidup seseorang hamba adalah sabar!.

Selalu memeperhatikan hasil yang baik dan kesembuhan yang didapat dari seteguk kesabaran.

Selalu mengingat pahitnya kepedihan yang dirasakan daripada kelezatan menuruti kehendak hawa nafsu.
Kedudukan dan martabatnya di sisi Allah dan di hati para hamba-Nya lebih baik dan berguna daripada kelezatan mengikuti tuntutan hawa nafsu.

Hendaklah lebih mengutamakan manis dan lezatnya menjaga kesucian diri dan kemuliaanya daripada kelezatan kemaksiatan.

Hendaklah bergembira dapat mengalahkan musuhnya, membuat musuhnya merana dengan membawa kemarahan, kedukaan dan kesedihan! Karena gagal meraih apa yang diinginkannya. Allah azza wa jalla suka kepada hamba yang dapat memperdaya musuhnya dan membuatnya marah (kesal). Allah berfirman : Dan tidak (pula) menginjak suatu tempat yang membangkitkan amarah orang-orang kafir dan tidak menimpakan suatu bencana kepada musuh, melainkan dituliskanlah bagi mereka dengan demikian itu suatu amal shaleh. (At-Taubah:120). Dan salah satu tanda cinta yang benar adalah membuat kemarahan musuh kekasih yang dicintainya dan menaklukannya (musuh kekasih tersebut).

Senantiasa berpikir bahwa ia diciptakan bukan untuk memperturutkan hawa nafsu namun ia diciptakan untuk sebuah perkara yang besar, yaitu beribadah kepada Allah pencipta dirinya. Perkara tersebut tidak dapat diraihnya kecuali dengan menyelisihi hawa nafsu.

Janganlah sampai hewan ternak lebih baik keadaannya daripada dirimu! Sebab dengan tabiat yang dimilikinya, hewan tahu mana yang berguna dan mana yang berbahaya bagi dirinya. Hewan ternak lebih mendahulukan hal-hal yang berguna daripada hal-hal yang membahayakan. Manusia telah diberi akal untuk membedakannya, jika ia tidak mampu membedakan mana yang baik dan mana yang berbahaya atau mengetahui tetapi lebih mendahulukan yang membahayakan dirinya maka jelas hewan ternak lebih baik dari pada dirinya.

(Dikutip dengan perubahan seperlunya dari Asbaabut Takhallush minal Hawaa oleh Al Imam Ibnu Qayyim Al Jauziyyah)arsip mosle