|Beranda|berita|Tarbiyah

Selamat Tinggal Sahabatku...


selamat tinggal sahabatku
ku kan pergi berjuang...
menegakkan cahaya islam
jauh di negeri seberang...

selamat tinggal sahabatku
ikhlaskan lah diriku
iringkanlah doa restumu
Allah bersama selalu

Walau pun tak lagi jumpa
usahlah kau berduka
semoga tunai cita-cita
raih gelar syuhada

Singa atau kucing….



Ada sebuah ungkapan yang menarik dari seorang ikhwah, kebetulan seorang aktivis dakwah kampung, “aktivis dakwah kampus (ADK) ketika di kampus seperti singa, garang. Tetapi ketika pulang kampung berubah menjadi kucing, tidak lagi garang” ungkap beliau sambil bergurau. Ikhwah fillah, kalau kita mau jujur, ungkapan sang ikhwah tadi ada benarnya juga. Kita memang sering menjadi singa yang garang ketika di kampus tetapi menjadi kucing manis dan imut-imut ketika di rumah.
Fenomena singa yang garang ketika di kampus tetapi menjadi kucing manis dan imut-imut ketika di rumah, terjadi disebabkan karena beberapa faktor, diantaranya, pertama: faktor eksternal (lingkungan), kita sebagai seorang ADK dengan segala aktivitas dakwahnya di kampus, mulai dari menjadi masul lembaga, murobby, penulis produktif, panitia kegiatan sampai korlap aksi, ternyata ketika kita pulang kampung (baik beberapa hari saja maupun permanen), menghadapi situasi dan kondisi yang sama sekali berbeda dengan dunia kampus, kita seolah-olah memasuki “dunia lain”. Ketika di kampus masyarakat kampus dengan terbuka bisa menerima dan memahami tampilan dan atribut ke Islaman kita. Berbeda dengan di kampung, berjenggot tanpa kumis, berjilbab longgar plus kaus kaki, tidak berjabat tangan dengan selain mahrom, perbedaan furuiyah pada masalah fiqh ibadah dam lain sebagainya oleh masyarakat kampung dianggap sebagai sebuah “masalah besar”. Jika hal ini tidak disikapi dengan bijak maka bisa menimbulkan konflik yang akhirnya membuat kita “mati kutu”. Oleh karena itu kita membutuhkan pemahaman tentang fiqh dakwah, fiqh waqi’, fiqh awlawiyat dan fiqh muwazanat.
Selain faktor eksternal, yang membuat kita jadi kucing. Yang kedua: secara internal, tarbiyah dzatiyah kita lemah, ketika dikampus kita berkumpul dengan sesama ikhwah, kita jadi termotivasi untuk sholat berjamaah,tilawah qur’an,membaca buku islam, sampai sholat malam sekalipun, tetapi ketika di kampung itu semuanya menjadi berat, bisa jadi ketika sholat dhuhur di masjid kampung kita, kita jadi muadzin,imam sekaligus ma’mum alias sendirian. Selain itu di rumah adalah saat yang tepat untuk perbaikamn gizi dan istirahat total. Sehingga aktivitas-aktivitas positif dan amalan sunnah yang biasa kita lakukan ketika di kampus terlewatkan dan tergantikan dengan aktivitas mubah yan berlebihan. Sehingga kalau tidak kita manage dengan baik, pulang kampung adalah saat yang tepat untuk “bermalas diri” untuk sementara. Sehingga kalau semua ini terjadi maka alih-alih berdakwah kepada lingkungan di kampung kita, berdakwah kepada keluarga kita menjadi suatu hal yang berat dan sulit. Kita tidak memiliki semangat dan motivasi lagi dalam berdakwah terhadap keluarga kita. Sehingga kita menjadi orang yang “kesana kemari” berdakwah kepada orang lain, sedang orang-orang yang kita cintai yaitu ayah kita,ibu kita, kakak dan adik kita tidak merasakan dakwah kita. Oleh karena itu agar kita selalu berenergi ketika berdakwah di manapun saja, termasuk ketika jauh dari ikhwah, misalnya pulang kampung, maka kita harus melakukan tarbiyah dzatiyah dengan maksimal. .wallahu a’lam bishowab

“Nggumun...”



Nggumun adalah bahasa jawa, artinya kagum atau takjub. Nggumun terjadi bila melihat atau mendengarkan sesuatu yang “luar biasa”. Misalkan anak kecil yang belum pernah melihat pesawat terbang dari dekat, akan nggumun ketika naik pesawat terbang untuk pertama kalinya. Ekspresi kegagumannya bermacam-macam mulai dari memanyunkan bibir sambil geleng-geleng kepala di sertai suara ck.. ck.. ck.. berulang kali, melihat secara detail bagian-perbagian pesawat sampai menceritakan kepada teman-temannya di lain waktu dengan semangat. Oleh sebagian orang yang tidak mempunyai cita rasa bahasa yang baik sikap nggumun tadi disebut ndeso.
Sesuatu yang “luar biasa” yang membuat orang nggumun sebenarnya bersifat relatif. Relatif terhadap wawasan, pengalaman, pendidikan serta idiologi. Berbeda dengan contoh anak kecil di atas, seorang engineer, walaupun baru pertama naik pesawat (karena memang asli desa) dia tidak akan nggumun dengan bleger pesawat tersebut. Karena dia sudah tahu mengapa bentuk penampang melintang sayap pesawat di desain seperti yang kita lihat selama ini, dia juga tahu bagaimana mekanisme landing dan take off, apa material kulit pesawat, dengan cara apa bagian-bagian pesawat disambung dan lain sebagainya. Karena sang engineer memiliki sesuatu, yaitu wawasan, pengalaman serta pendidikan maka tidak membuatnya menjadi orang nggumunan. Dia tidak ndeso walaupun berasal dari desa.
Kalau kita lihat, pemimpin bangsa kita ini adalah pemimpin bangsa yang nggumunan. Bagaimana tidak, karena nggumun dengan bleger peradaban barat yang maju secara fisik dan mundur secara moralitas, membuat bangsa kita mudah ikut aturan main yang dibuat oleh lintah darat dunia dengan harapan mampu meniru mereka, alih-alih kita sekarang malah terjerat dalam lingkaran setan utang. Negeri kita dijarah kekayaanya dan dirusak lingkungannya, itu semua sebagai kompensasi utang-utang kita.
Nggumun sudah menjadi bahasa masyarakat kita. Kita lihat acara-acara di televisi kita mulai dari pagi sampai petang bahkan sampai pagi lagi. Sinetron bajakan dari korea atau taiwan, acara jiplakan idol-idolan, ghibah selebritis dan sebagainya yang sangat mempengaruhi mindset masyarakat kita. Sudah tidak ada perbedaan lagi cara berpakain artis holywood dengan pemudi kita. Tidak ada lagi perbedaan gaya dan warna rambut seorang penyanyai american idol dengan pemuda kita (walaupun kadang-kadang antara wajah dan rambur tidak match ). Tidak ada lagi perbedaan interaksi laki-laki perempuan bangsa indonesia dengan adegan-adegan senetron korea atau taiwan. Karena nggumun itu masyarakat kita merasa ndeso kalau tidak mengikuti sampah peradaban barat tersebut. Padahal sikap seperti inilah ndeso yang sebenarnya.
Dalam konteks gerakan mahasiswa Islam yang sudah dimulai sejak masa pergolakan revolusi, nggumun ternyata pernah (masih?) menghinggapinya. Yang dimaksud nggumun di sini adalah dalam hal pemikiran. Tak jarang sebuah gerakan mahasiswa islam yang tujuan awalnya untuk mendidik para mahasiswa dengan nilai-nilai islam serta untuk menyebarluaskan nilai-nilai itu, ternyata di tengah perjalanan mengalami berbagai pembelokan atau bahkan tanpa arah. Karena pemahaman Islam yang parsial dari aktivisnya, melihat Islam sering hanya dari satu sudut pandang saja misalkan tentang Fiqh oriented atau dakwah sosial kemasyarakatan saja tanpa juga di imbangi dengan pemahaman tauhid serta ilmu alqu’ran dan hadits yng proporsional. Keparsialan pemahaman Islam ini bukan murni kesalahan mereka, tetapi lingkungan, kultur, latar belakang pendidikan keislaman serta orang-orang di sekitarnyalah yang membentuk mereka. Tetapi yang menjadi masalah adalah ketika mereka berani mengatakan (walaupun tidak terucap) bahwa Islam itu jumud, tidak sesuai dengan perkembangan zaman atau paling tidak ada banyak sisi yang tidak bisa diselesaikan oleh Islam. Sehingga pada suatu saat ketika mereka berhadapan –bisa dengan membaca,berdebat, berdiskusi, ketika di cuci otaknya atau hanya sekedar mendengar- dengan ideologi lain hal pertama kali yang mereka rasakan adalah nggumun. Kenggumunan ini bisa muncul karena keminderan dengan Islam yang ternyata parsial dan jumud –menurut mereka- jika dibandingkan dengan Ideologi lain, atau bisa juga seperti fenomena pemuda asli Indonesia yang gaya dan warna rambutnya mirip artis american Idol, hanya biar bisa dikatakan keren, tidak ndeso dan tidak ketinggalan zaman. Jadi belajar ideologi lain biar bisa dikatakan keren, ideologis, aktivis sejati dan sebagainya. Naudzubillahi min dzaalik
Pemahaman Islam yang kurang memadai (tentu juga pengamalannya) sering kali membuat seorang aktivis Islam yang sering berinteraksi dengan pemikiran/ideologi lain, terpelanting dari jalan dakwah yang lurus. Cukuplah kisah seorang Syaikh yang berusaha memerangi firqah bid’ah Syi’ah Rafidlah, kemudian dengan getol mempelajari literatur-literatur sekte ini untuk membantah dan mencari kelemahaanya. Tetapi seiring berjalannya waktu sang Syaikh itu justru keluar dari Ahli Sunnah wal Jamaah dan berpindah ke Syiah Rafidlah.
Umar RA yang pada suatu saat membawa Taurat ke hadapan Rasul dengan alasan mengambil sesuatu yang baik dari Taurat tersebut, tetapi dengan murka Rasul menjawb bahwa andaikan Nabi Musa masih hidup, maka Nabi Musa pun akan mengikuti risalah Rasul. Akan tetapi bukan berarti kita tidak boleh mengambil “sesuatu” dari mereka (orang-orang ber-isme selain Islam), yang perlu kita pahami Rasul atas saran Salman Al-Farisi pernah mengadopsi teknologi perang bangsa penyembah api,Parsi.
Sehingga dapat kita tarik kesimpulan bahwa kita harus tajarrud (totalitas) dalam berislam, tidak boleh ada sedikitpun isme-isme selain Islam dalam kehidupan kita. Tetapi di pihak lain kita diperintahkan untuk mempersiapkan kekuatan dalam menegakkan Agama Allah. Yang salah satu dari kekuatan itu adalah Ilmu pengetahuan dan Teknologi. Walaupun itu harus kita dapatkan dari tangan orang-orang kafir. Karena berdasar sabda Rasul bahwa semua hikmah yang berserakan adalah milik kaum muslimin dan kita berkewajiban untuk mengambilnya kembali. Semoga kita bukan menjadi aktivis yang suka nggumun serta ndeso pemikiran. Wallahu a’lam

Sebab Kekalahan Umat Islam...


Di kompas beberapa waktu yang lalu ada tulisan yang cukup menarik, tentang penyebab langgengnya penjajahan di Indonesia, selama 350 tahun. Bukan karena tidak ada perlawanan dari rakyat Indonesiam tetapi di sebabkan karena para pemegang kekuasaan, mulai dari raja sampai lurah mau "bekerja sama" dengan penjajah dengan kompensasi kekuasaannya tidak akan diganggu dan tentunya dengan beberapa fasilitas tambahan.

Kita juga masih ingat tentang tragedi besar umat Islam. pembunuhan besar-besaran terhadap kaum musliminm pada masa dinasti abbasiyah yang dilakukan oleh tentara mongol, 80.000 orang dibantai dalam waktu satu hari (padahal waktu itu belum ditemukan senjata pemusnah massal). Tahukah kita mengapa begitu mudahnya mongol mengalahkan umat Islam waktu itu? inilah faktanya, seorang perdana menteri dinasti abbasiyah (yang seorang syiah) memberikan data lengkap tentang peta , kekuatan senjata dan pasukan serta kelemahan dinasti abbasiyah kepada jengis khan, penguasa mongol.

Hamas di berangus oleh Presiden Mahmud Abbas, dijadikan partai terlarang. Kelompok Islam yang menolak mengakui eksistensi negara penjajah Israel ini, oleh negara barat di anggap teroris dan tidak bisa di ajak kompromi. Oleh karena itu wajar kalau amerika dan Israel memeberikan dukungan kepada mahmud abbas dan faksi fatah, karena diangap koaperatif, dengan mmberikan senjata dan dana kepada mereka.
apakah tragedi umat Islam akan terulang kembaki???wallahu a'lam

Depdagri Didesak Cabut Raperda Kota Injil

Depdagri Didesak Cabut Raperda Kota Injil
Republika, 24/3/2007
JAKARTA - Keinginan Pemkab dan DPRD Manokowari menyusun rancangan peraturan daerah (raperda) pembinaan mental dan spiritual berbasis Injil ditolak berbagai kalangan. Ketua Fraksi PKS DPR, Mahfudz Siddiq, menilai usulan raperda itu bertentangan dengan UU No 32/2004 tentang Pemerintahan Daerah. "Di UU itu memang diatur, tentang kekhasan daerah, tapi bukan yang berdasarkan agama," kata Mahfudz di Jakarta, Jumat (23/3). Sesuai UU, Kekhasan Daerah yang isyaratkan hanya berdasarkan pada aspek kultural. Dengan mengangkat aspek agama menjadi landasan kekhasan, berarti melanggar UU. "Kita akan minta supaya Depdagri menindaklanjuti masalah ini. Raperda itu harus dicabut," kata Mahfudz.
Draf usulan raperda Manokowari, dinilai anggota DPR asal Fakfak, Irian Jaya Barat, Ali Mochtar Ngabalin, dapat memancing konflik SARA. "Pelanggaran memakai jilbab misalnya, bisa membuat orang berkelahi atas nama agama," kata Ngabalin.
Ketua Dewan Syariah PBNU, KH Ma'ruf Amin berpendapat, sebenarnya sah-sah saja. Bahkan dia tidak keberatan dengan klausul larangan menggunakan pakaian yang mencerminkan simbol agama dan larangan pendirian tempat ibadah di dekat gereja. "Asal Manokowari menjadi kota khusus yang tertutup, tidak menjadi ibu kota Provinsi Irian Jaya Barat," kata Ma'ruf. Namun menjadikan Manokowari sebagai kota khusus yang tertutup adalah hal mustahil. Banyak pelayanan publik yang terhalang," ujarnya. (Republika, 24/3/07)


posted by Mahfudz Siddiq @ 12:27 AM

Wanita Luar Biasa, Pendamping Seorang Pejuang

Akbaruna.com: �Di balik kesuksesan seorang laki-laki di sana ada peranan seorang istri� ungkapan ini cocok bila disandangkan kepada Perdana Menetri Palestina, Ismail Haneya yang berhasil memimpin partai Hamas dan sekarang memimpin rakyat Palestina. Istrinyalah yang telah mendorongnya menjadi pemimpin besar, pemimpin gerakan Islam pertama yang berhasil menjadi pemimpin Nasional. Siapakah wanita yang berada dibalik keberhasilan Ismael Haneya ??.

Berikut ini hasil wawancara Khadrah Hamdan dengan Istri Ismael Haneya, Amal Muhammad Haneya Uqailah yang lahir pada tahun 1963 di kamp pengungsian Shate, Gaza. Khadrah Hamdan berhasil mewawancarainya ketika ia dan suaminya melaksanakan rukun Islam yang kelima di Makkah al-Mukarramah. Ia bercerita banyak tentang kehidupanya, teman hidupnya, Haneya, berikut perannya dalam mendorong suaminya menjadi tokoh besar seperti sekarang ini, dan beberapa orang yang dikenal dalam hidupnya.

Umur 16 tahun

Hajjah Amal telah dijodohkan dengan Haneya sejak berumur 16 tahun. Antara ia dan suaminya tak terpaut jauh dari sisi usia. Namun sejak itu Amal menghilang, tidak diketahui kabar beritanya kecuali dari beberapa kerabat dan tetangga dekatnya. Amal meninggalkan belajarnya, di saat Haneya melanjutkan kuliahnya yang dibiayai oleh ayah Amal yang merupakan saudara kandung bapak Haneya. Dialah yang membiayai pendidikan Haneya sejak kecil, karena ayah Ismael Haneya sudah meninggal saat Ismael masih bayi. Muhammad Haneya kemudian menikahkan anaknya (Amal) dengan Ismael Haneya sambil terus membiayai kuliah Ismael hingga ia memperoleh gelar Bachelors jurusan Bahasa Arab dengan nilai cum laude. Ia juga yang membelikan mahar bagi Amal dan menempatkanya bersama anak tunggal saudaranya.

Masa-Masa Sulit Ketika Ditinggal Suami

Setelah Amal menikah dengan Ismail Haneya yang suka dipanggil dengan Abu Abdis Salam, sering kali Ummu Abdu Salam ini sendirian dalam waktu yang lama. Menurut cerita Amal, �Suatu saat ketika Abu Abdisslam masih sekolah, selepas pulang dari sekolah, ia buru-buru melemparkan tasnya kemudian pergi ke lapangan dan bermain bola bersama teman-temanya. Setelah main bola, ia makan roti sandwich dan minum minuman yang berkarbonasi bersama teman-temanya. Terus ngobrol hingga larut malam, terkadang sampai jam 2.00 pagi. Ketika Ismail masuk kampus, intensitas kesibukannya semakin luas, sehingga jarang ketemu dengan keluarga. Terutama saat ia menjabat wakil ketua dewan mahasiswa lalu menjadi ketuanya.

Dalam sambutan di acara wisuda Universitas Islam Gaza, Ismail Haneya mempertanyakan tentang pekerjaan apa yang akan diperoleh ratusan alumni Univ. Gaza ?. Saat itu, acara tersebut dihadiri juga oleh Ketua Sekolah Tinggi Agama Al-Azhar, DR. Muhammad Awad dan Rektor Univ. Islam Gaza, DR. Muhammad Shiyam (yang pernah datang ke Indonesia bulan Ramadhan 1427 lalu, red). Keduanya mengatakan, di akhir acara wisuda, bahwa Ismail Haneya akan dijadikan pegawai di Unversitas tersebut.

Pada tahun 1987, Ismail Haneya mendapat tugas mengajar. Setelah selang dua bulan, ia mendapat gaji pertama dari hasil keringat mengajarnya sebesar 900 shekel (mata uang Israel, 1 dollar = 4 Shekel, red). Dengan gembira ia pulang dan memanggil istrinya, �Ya Ummu Abd gembiralah apa yang aku bawa ini, belanjakanlah apa saja sesuka hatimu !!�

Baru saja Isamil Haneya bekerja di Universitas Gaza, agen-agen zionis memata-matai kegiatan Haneya dan melaporkanya ke intelejen Israel. Kontan intelejen Israel menangkap Haneya dan memenjarakannya selama 12 hari.

Masih pada tahun 1987 Ismael Haneya kembali ditahan selama 12 hari lagi, kemudian ditangkap lagi dan dipenjara selama 6 bulan, lalu dibebaskan. Setelah 7 bulan ia menghirup udara bebas, kembali ia ditangkap dan dipenjarakan selama 3,5 tahun dan membayar denda sebanyak 6.000 Shekel. Agar dapat keluar sebelum masa tahanan enam bulan habis, dengan susah payah mertuanya yang hanya bekerja sebagai nelayan di pantai Gaza harus membayar denda tak berperikemanusiaan tersebut.

Penderitaan keluarga Haneya tak berakhir sampai disitu. Pemerintah Zionis Israel kemudian mengeluarkan pencekalan dan mengasingkan Haneya ke Marj El-Zohor, wilayah selatan Libanon. Selama dalam pengasingan, istrinyalah yang membiayai kehidupan keluarga dan ia juga yang membayar semua ongkos, hanya untuk berbicara dengan suaminya tersebut. Keadaan ini mereka jalani selama sembilan bulan.

Setelah masa pengasingan berakhir, Haneya kemudian ditangkap oleh pemerintahan Otoritas Palestina dan dipenjara selama beberapa kali. Kehidupannya tak sepi dari penderitaan, tapi Alhamdulillah diberikan kekuatan oleh Allah. Ia (Ummu Abd) tetap bersyukur pada Allah telah diberikan suami yang taat beragama, bertakwa dan berdedikasi, ungkapnya. Ia juga menyatakan siap untuk berkorban lebih banyak lagi demi suaminya tercinta.

Ibu dari tigabelas anak ini mengaku telah terbiasa ditinggal-tinggal suaminya. Ia juga pernah menjual satu-satunya perhiasan yang ia punyai, yaitu mahar dan menyerahkan pada suaminya sebagai modal perjuangan. Sering kali ia harus menghemat gaji suaminya dari Univ. Islam Gaza, untuk kehidupan sehari-harinya, terutama ketika suaminya di penjara.

Setelah suaminya keluar dari penjara Zionis Israel, terpaksi Ummu Abd menjual kendaraanya untuk memperbaiki rumah yang ia tinggali berasama bapaknya yang hanya terdiri dari satu tingkat itu.

13 Buah Hati

Dari hasil pernikahanya dengan Abu Abd (Ismael Haneya) Amal (Ummu Abd) dikarunia 13 putra dan putri. Yang paling besar bernama Abdus Salam lahir pada tahun 1981. Disusul Hammam, lahir tahun 1983. Kemudian, Wassam lahir tahun 1984, Mu�adz, tahun 1985, Sina, tahun 1986 (sudah menikah) Butsainah yang lahir pada tahun 1987 juga sudah menikah. Ketika Abu Abd berada dip enjara tahun 1992, anak ke tujuh mereka lahir dan diberi nama Khaulah. Dan ketika Abu Abd berada di pengasingan yaitu tahun 1994, maka lahirlah anak kedelapan mereka, yang diberinama Aid. Diikuti oleh Hazim pada tahun sama, lalu Amirah tahun 1995, Muhammad pada tahun 1996, Latifah tahun 1998 dan terakhir Sarah baru berusia 3 tahun yang paling disayang oleh sang perdana menteri ini.

Ketika suaminya tidak ada, maka Ummu Abd lah yang mengurus ke 13 putra-putrinya tersebut bersama ibunya Ismael Hanya yang sakit-sakitan. Sering kali tiap malam ia harus begadang setelah sebelumnya mengajari anak-anaknya. �Sebagaimana aku dulu membantu ayah mereka dalam tugas-tugas kuliahnya dan membantu dalam menghafalkan Al-Qur�an�, ungkapnya. Maka aku sebaik-baik teman baginya di rumah dan mengatur rumah ini menjadi rumah sakinah, mawaddah warga rahmah. Tak heran bila Abu Abd terkagum-kagum ketika ia pulang dari penjara dengan hasil pendidikan terhadap anak-anakku. Dan aku telah siap membantunya kapanpun hingga hari ini.

Upaya Pembunuhan Pertama

Pada tahun 2003, Abu Abd pergi bersama anak nomor dua, Hammam untuk mengunjungi kakeknya. Aku (ummu Abd) mendengar suara roket yang menghantam salah satu rumah di sana. Aku berdo�a semoga rudal tersebut tidak mengenai siapapun. Selang beberapa saat datang kabar bahwa rudal tersebut mengenai rumah yang ditempati Syaikh Ahmad Yasin dan kantornya yang ditunggui oleh Ismail Haneya, suaminya. Betapa aku tersentak mendengar kabar tersebut, karena anak dan suamiku sedang berada di rumah DR. Marwan Abu Ras yang berada dekat dengan rumah As-Sayahid Syaikh Yasin. Saat itu, aku berdo�a kepada Allah semoga menyelematkan anak dan suaminya.

Ketika aku melihat dia pulang dengan selamat, aku berlari ke luar rumah sambil tersenyum bersyukur melihat anak dan suaminya kembali. Di situ sudah ada ribuan kaum muslimin yang mengucapkan selamat kepada suaminya.

Sejak saat itu, ketika aku mendengar suara pesawat Israel di langit Gaza, aku membayangkan mendengar kabar kesyahidan suamiku. Memang untuk berpisah dengannya sangat berat, namun jalan hidupnya menentukan demikian. Penderitaan, kesengsaraan dan semua peristiwa yang telah aku alami membuatku selalu mengira-ngira suamiku mati di jalan Allah (Syahid) atau memperoleh kemenangan, atau berjalan sebagaiman biasa, seperti ini. Sebenarnya aku menginginkan dia syahid, sebagaimana aku pun menginginkanya.

Suamiku, Sang Perdana Menteri

Istri yang baik adalah istri yang mendorong suaminya dalam kebaikan. Begitulah yang dilakukan Ummu Abdusalam, istri Perdana Menteri Palestina, Ismael Haneya yang mendorong suaminya ketika berlaga dalam kancah pemilihan umum parlemen untuk pertama kalinya. Ia sangat gembira menyaksikan gerakan Hamas, dimana suaminya berkiprah, mencapai kemenangan dalam perjuangan politik di Palestina. Orang-orang telah memilihnya dalam tahap demi tahap pemilihan, terutama setelah pembentukan pemerintahan Palestina. Ummu Abd mengaku belum pernah melihat kecintaan yang begitu besar dari rakyat Palestina terhadap pemerintahnya seperti kecintaannya mereka kepada pemerintahan Hamas ini. Sebagai contoh saja, ketika ia dan suaminya menunaikan ibadah Haji di Makkah Mukarramah kemarin, semua orang yang mengenalnya menyalaminya dan mengucapkan selamat serta mendukung terhadap perdana menteri Palestina ini. Mereka juga berebut berfoto dengan pemimpin ummat tersebut. Ia menambahkan, aku mendengar dengan telingaku sendiri bahwa kemenangan Hamas di Palestina telah menaikkan citra Islam di dunia dan memberikan harapan bagi rakyat lain untuk bisa seperti Hamas.

Seorang istri yang sederhana tetapi perkasa dalam menghadapi tantangan dan cobaan dari pihak Zionis Israel yang tak henti-hentinya menangkap suaminya dialah Ummu Abdusalam, Amal binti Muhammad Haneya. Suatu ketika ia mengatakan pada seorang tentara Israel yang datang untuk menangkap suaminya, �jika kamu menjulurkan tanganmu akan akan patahkan kedua tanganmu itu !. Sama halnya ketika datang seorang polisi Palestina yang datang untuk menangkap pemimpin Gerakan Hamas ini. Ia mengatakan, �Kalian ini berlaku seperti Yahudi, sedang Yahudi tidak ada yang kembali ke sini.� Ia sendiri merasa kaget dengan apa yang dikatakanya, suatu saat ia makan bersama suaminya, hari esoknya suaminya sudah ditangkap oleh pasukan musuh.

Mengenai kehidupanya sekarang, Ummu Abd menjelaskan, �Insya Allah aku akan tetap mendukung perjuangan suamiku untuk mempertahankan kedudukanya hingga habis masa jabatanya selama empat tahun. Suamiku tidak akan lengser dari jabatanya. Kami optimis dapat membebaskan rakyat Palestina dari embargo internasional. Namun terakhir aku pernah berkata pada Abu Abd, �Wahai suamiku, engkau boleh turun dari jabatanmu, jika ada jaminan diangkatnya embargo dari rakyatmu, para pegawaimu yang hingga saat ini belum mendapatkan gaji !.

Ummu Abd menegaskan, keluarganya yang terdiri dari 13 orang, empat diantaranya telah punya suami dan yang lainya masing anak-anak, hidup layaknya rakyat biasa. Ia berharap isu bahwa keluarganya mendapat uang dari Hamas segera berhenti. �Kami tidak pernah menerima uang dari salah satu anak-anakku yang sudah jadi pegawai negeri yaitu Wassam yang berkerja di Pasukan Keamanan Dalam Negeri,� tambahnya meyakinkan.

Wassam belum menerima gaji dari siapapun. Ia juga pernah mengambil jatah utangan sebagaimana para pegawai lainya. Sementara suamiku memberikan seluruh gaji pertamanya kepada keluarga yang ditinggal syahid. Adapun gaji kedua, kami infakkan sebagiannya pada fakir miskin.

Rumah Yang Bersahaja

Rumah yang ditempati sekarang ini bersama suaminya sangat sederhana untuk ukuran pemimpin negara. Ummu Abd mengatakan, ia tidak akan minta perubahan bagi rumahnya tersebut. Rumah itu sudah dibangun sebelum suaminya menjabat perdana menteri. Rumah yang terdiri dari dua tingkat itu dihuni oleh lima keluarga. Ummu Abd, anak-anak dan suaminya menempati tingkat pertama bersama anak sulungnya yang sudah menikah, Abdus Salam. Sementara tingkat dua ditempati oleh anak ketiganya yang sudah menikah. (asy/AMRais)

Duh, Jaga Hijab Dong...



Posted by: ayat_al_akrash on Friday, January 28, 2005 - 01:33


Hudzaifah.org - “Dia ikhwan ya? Tapi kok kalau bicara sama akhwat dekat sekali???,” tanya seorang akhwat kepada temannya karena ia sering melihat seorang aktivis rohis yang bila berbicara dengan lawan jenis, sangat dekat posisi tubuhnya.

“Mbak, akhwat yang itu sudah menikah? Kok akrab sekali sama ikhwan itu?,” tanya sang mad’u kepada murabbinya karena ia sering melihat dua aktivis rohis itu kemana-mana selalu bersama sehingga terlihat seperti pasangan yang sudah menikah.

“Duh… ngeri, lihat itu… ikhwan-akhwat berbicaranya sangat dekat……,” ujar seorang akhwat kepada juniornya, dengan wajah resah, ketika melihat ikhwan-akhwat di depan masjid yang tak jauh beda seperti orang berpacaran.

“Si fulan itu ikhwan bukan yah? Kok kelakuannya begitu sama akhwat?,” tanya seorang akhwat penuh keheranan.

Demikianlah kejadian yang sering dipertanyakan. Pelanggaran batas-batas pergaulan ikhwan-akhwat masih saja terjadi dan hal itu bisa disebabkan karena:
1. Belum mengetahui batas-batas pergaulan ikhwan-akhwat.
2. Sudah mengetahui, namun belum memahami.
3. Sudah mengetahui namun tidak mau mengamalkan.
4. Sudah mengetahui dan memahami, namun tergelincir karena lalai.

Dan bisa jadi kejadian itu disebabkan karena kita masih sibuk menghiasi penampilan luar kita dengan jilbab lebar warna warni atau dengan berjanggut dan celana mengatung, namun kita lupa menghiasi akhlak. Kita sibuk berhiaskan simbol-simbol Islam namun lupa substansi Islam. Kita berkutat menghafal materi Islam namun tidak fokus pada tataran pemahaman dan amal.

Sesungguhnya panggilan ‘ikhwan’ dan ‘akhwat’ adalah panggilan persaudaraan. ‘Ikhwan’ artinya adalah saudara laki-laki, dan ‘akhwat’ adalah saudara perempuan. Namun di ruang lingkup aktivis rohis, ada dikhotomi bahwa gelar itu ditujukan untuk orang-orang yang berjuang menegakkan agama-Nya, yang islamnya shahih, syamil, lurus fikrahnya dan akhlaknya baik. Atau bisa dikonotasikan dengan jamaah. Maka tidak heran bila terkadang dipertanyakan ke-‘ikhwanan’-nya atau ke-‘akhwatan’-nya bila belum bisa menjaga batas-batas pergaulan (hijab) ikhwan-akhwat.

Aktivis sekuler tak lagi segan

Seorang ustadz bercerita bahwa ada aktivis sekuler yang berkata kepadanya, ”Ustadz, dulu saya salut pada orang-orang rohis karena bisa menjaga pergaulan ikhwan-akhwat, namun kini mereka sama saja dengan kami. Kami jadi tak segan lagi.”

Ungkapan aktivis sekuler di atas dapat menohok kita selaku jundi-jundi yang ingin memperjuangkan agama-Nya. Menjaga pergaulan dengan lawan jenis memang bukanlah hal yang mudah karena fitrah laki-laki adalah mencintai wanita dan demikian pula sebaliknya. Hanya dengan keimanan yang kokoh dan mujahadah sajalah yang membuat seseorang dapat istiqomah menjaga batas-batas ini.

Pelanggaran batas-batas pergaulan ikhwan-akhwat

Berikut ini adalah pelanggaran-pelanggaran yang masih sering terjadi:

1. Pulang Berdua
Usai rapat acara rohis, karena pulang ke arah yang sama maka akhwat pulang bersama di mobil ikhwan. Berdua saja. Dan musik yang diputar masih lagu dari Peterpan pula ataupun lagu-lagu cinta lainnya.

2. Rapat Berhadap-Hadapan
Rapat dengan posisi berhadap-hadapan seperti ini sangatlah ‘cair’ dan rentan akan timbulnya ikhtilath. Alangkah baiknya - bila belum mampu menggunakan hijab - dibuat jarak yang cukup antara ikhwan dan akhwat.

3. Tidak Menundukkan Pandangan (Gadhul Bashar)
Bukankah ada pepatah yang mengatakan, “Dari mana datangnya cinta? Dari mata turun ke hati”. Maka jangan kita ikuti seruan yang mengatakan, ”Ah, tidak perlu gadhul bashar, yang penting kan jaga hati!” Namun, tentu aplikasinya tidak harus dengan cara selalu menunduk ke tanah sampai-sampai menabrak dinding. Mungkin dapat disiasati dengan melihat ujung-ujung jilbab atau mata semu/samping.

4. Duduk/ Jalan Berduaan
Duduk berdua di taman kampus untuk berdiskusi Islam (mungkin). Namun apapun alasannya, bukankah masyarakat kampus tidak ambil pusing dengan apa yang sedang didiskusikan karena yang terlihat di mata mereka adalah aktivis berduaan, titik. Maka menutup pintu fitnah ini adalah langkah terbaik kita.

5. “Men-tek” Untuk Menikah
“Bagaimana, ukh? Tapi nikahnya tiga tahun lagi. Habis, ana takut antum diambil orang.” Sang ikhwan belum lulus kuliah sehingga ‘men-tek’ seorang akhwat untuk menikah karena takut kehilangan, padahal tak jelas juga kapan akan menikahnya. Hal ini sangatlah riskan.

6. Telfon Tidak Urgen
Menelfon dan mengobrol tak tentu arah, yang tak ada nilai urgensinya.

7. SMS Tidak Urgen
Saling berdialog via SMS mengenai hal-hal yang tak ada kaitannya dengan da’wah, sampai-sampai pulsa habis sebelum waktunya.

8. Berbicara Mendayu-Dayu
“Deuu si akhiii, antum bisa aja deh…..” ucap sang akhwat kepada seorang ikhwan sambil tertawa kecil dan terdengar sedikit manja.

9. Bahasa Yang Akrab
Via SMS, via kertas, via fax, via email ataupun via YM. Message yang disampaikan begitu akrabnya, “Oke deh Pak fulan, nyang penting rapatnya lancar khaaan. Kalau begitchu.., ngga usah ditunda lagi yah, otre deh :).“ Meskipun sudah sering beraktivitas bersama, namun ikhwan-akhwat tetaplah bukan sepasang suami isteri yang bisa mengakrabkan diri dengan bebasnya. Walau ini hanya bahasa tulisan, namun dapat membekas di hati si penerima ataupun si pengirim sendiri.

10. Curhat
“Duh, bagaimana ya…., ane bingung nih, banyak masalah begini … dan begitu, akh….” Curhat berduaan akan menimbulkan kedekatan, lalu ikatan hati, kemudian dapat menimbulkan permainan hati yang bisa menganggu tribulasi da’wah. Apatah lagi bila yang dicurhatkan tidak ada sangkut pautnya dengan da’wah.

11 Yahoo Messenger/Chatting Yang Tidak Urgen
YM termasuk fasilitas. Tidaklah berdosa bila ingin menyampaikan hal-hal penting di sini. Namun menjadi bermasalah bila topik pembicaraan melebar kemana-mana dan tidak fokus pada da’wah karena khalwat virtual bisa saja terjadi.

12. Bercanda ikhwan-akhwat
“Biasa aza lagi, ukhtiii… hehehehe,” ujar seorang ikhwan sambil tertawa. Bahkan mungkin karena terlalu banyak syetan di sekeliling, sang akhwat hampir saja mencubit lengan sang ikhwan.

Dalil untuk nomor 1-5:
a. Rasulullah SAW bersabda, "Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka jangan sekali-kali dia bersendirian dengan seorang perempuan yang tidak bersama mahramnya, karena yang ketiganya ialah syaitan.” (HR.Ahmad)

b. Allah SWT berfirman, “Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman, ‘Hendaknya mereka menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya……” (QS.24: 30)

c. Allah SWT berfirman, “Katakanlah kepada wanita yang beriman, ‘Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya……” (QS.24: 31)

d. Rasulullah SAW bersabda, “Pandangan mata adalah salah satu dari panah-panah iblis, barangsiapa menundukkannya karena Allah, maka akan dirasakan manisnya iman dalam hatinya.”

e. Rasulullah saw. Bersabda, "Wahai Ali, janganlah engkau ikuti pandangan yang satu dengan pandangan yang lain. Engkau hanya boleh melakukan pandangan yang pertama, sedang pandangan yang kedua adalah resiko bagimu." (HR Ahmad)

Dalil untuk nomor 6-12:
"... Maka janganlah kamu tunduk dalam berbicara sehingga berkeinginanlah orang yang ada penyakit di dalam hatinya..." (Al Ahzab: 32)

Penutup

Di dalam Islam, pergaulan laki-laki dan perempuan sangatlah dijaga. Kewajiban berjillbab, menundukkan pandangan, tidak khalwat (berduaan), tidak ikhtilath (bercampur baur), tidak tunduk dalam berbicara (mendayu-dayu) dan dorongan Islam untuk segera menikah, itu semua adalah penjagaan tatanan kehidupan sosial muslim agar terjaga kehormatan dan kemuliaannya.

Kehormatan seorang muslim sangatlah dipelihara di dalam Islam, sampai-sampai untuk mendekati zinanya saja sudah dilarang. “Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk.” (QS. Al Isra:32).

Pelanggaran di atas dapat dikategorikan kepada hal-hal yang mendekati zina karena jika dibiarkan, bukan tidak mungkin akan mengarah pada zina yang sesungguhnya, na’udzubillah. Maka, bersama-sama kita saling menjaga pergaulan ikhwan-akhwat. Wahai akhwat…., jagalah para ikhwan. Dan wahai ikhwan…., jagalah para akhwat. Jagalah agar tidak terjerumus ke dalam kategori mendekati zina.

“Ya Rabbi…, istiqomahkanlah kami di jalan-Mu. Jangan sampai kami tergelincir ataupun terkena debu-debu yang dapat mengotori perjuangan kami di jalan-Mu, yang jika saja Engkau tak tampakkan kesalahan-kesalahan itu pada kami sekarang, niscaya kami tak menyadari kesalahan itu selamanya. Ampunilah kami ya Allah…… Tolonglah kami membersihkannya hingga dapat bercahaya kembali cermin hati kami. Kabulkanlah ya Allah… “


By: Ayat Al Akrash

Tarbiyah Dzatiyah

dan bertakwalah kalian kepada Allah, pasti Allah akan ajarkan kalian, dan Allah Maha Mengetahui atas segala sesuatu.” (QS 2:282)

Kita menyadari bahwa upaya pembenahan diri merupakan kerja suci dalam rangka pencapaian kualitas ketakwaan yang prima menuju keridhaan Allah. Banyak hal yang bisa dijalankan guna meraih predikat muttaqin di mata Allah. Setiap aktivitas kehidupan pada dasarnya berpeluang menjadi ibadah. Makan, minum, bekerja, belajar, berolah raga, bercengkrama dengan keluarga, istirahat, mengurus rumah tangga, mengasuh anak, membaca, menulis, menyaksikan dan lain sebagainya merupakan sarana mendekatkan diri kepada Allah bila dilakukan dengan tata cara yang benar sesuai syariat Islam. Untuk itulah diperlukan kemampuan untuk bisa menempatkan diri secara tepat sehingga terbuktilah ikrar kita, “..inna shalati wanusuki wamahyaya wamamati lillahi rabbil ‘alamin..” Kemampuan untuk menempatkan diri secara baik bukanlah sesuatu yang muncul begitu saja. Ia merupakan buah dari proses panjang pembinaan dan pembentukan sedemikian rupa sehingga melahirkan pribadi tangguh yang siap mengatasi berbagai kendala. Salah satu wujud kematangan seseorang dalam menempatkan diri adalah saat dia telah menerapkan tarbiyah dzatiyah dalam perjalanan kehidupannya.

Tarbiyah Dzatiyah dicirikan dalam wujud semangat untuk meraih berbagai kebaikan, sekaligus daya tahan diri yang kuat untuk dapat menghindari keburukan. Dua hal itulah yang dimiliki para nabi dan salafus-shalih. Sejarah mencatat bagaimana Rasulullah Muhammad saw memperjuangkan Islam dengan semangat yang begitu mempesona. Beliau tanamkan semangat kebenaran dalam diri para sahabatnya. Beliau wariskan semangat kebenaran bagi kita. Dengan semangat kebenaran itulah Islam terus diperjuangkan ke seluruh penjuru dunia. Rasulullah juga dikaruniai Allah kemampuan untuk menjauhi keburukan. Sejak kecil diriwayatkan bahwa beliau selalu menghindari permainan yang tidak berguna. Memasuki kehidupan berkeluarga dengan kesibukan berniaga. Mengisi usia ‘rawan’ (30-40 tahun) dengan menyendiri dan bertafakur di Gua Hira. Hingga dapat dikatakan bahwa sebelum memasuki masa kenabian tarbiyah dzatiyah memang telah Allah karuniakan kepadanya dan semakin mempesona ketika beliau telah diangkat menjadi Rasul dengan membawa Al Qur’an sebagi petunjuk bagi kita semua.. Dan tidaklah berlebihan bila Aisyah mengatakan “Akhlaq Nabi Muhammad itu adalah Al Qur’an.” Teladan tambahan -disamping pribadi Rasulullah saw- adalah tarbiyah dzatiyah yang diperankan oleh Nabi Yusuf as. Tanpa sanak famili, beliau tumbuh berkembang menjadi pribadi kuat, cerdas dan amanah. Ketampanannya tidak membuat beliau lupa diri dan tetap menyadari pengawasan Allah. Kekayaannya malah menjadikan ia dermawan. Ilmunya tak menjadikan dia sombong, Perlakuan keji saudara-saudaranya tak sedikitpun menanamkan dendam. Dan tengoklah betapa cintanya ia pada ayahnya (Nabi Ya’qub), sebagaimana ayahnya juga mencintainya.
Sesuatu yang begitu berat untuk dihadapi adalah derasnya nafsu syaithan. Betapa terkadang atau bahkan seringkali kita terjerumus pada godaan syaithan baik dalam skala kecil maupun besar. Bahwa selain Nabi dan manusia-manusia terpilih, adalah kebanyakan kita rentan terhadap dosa. Dosa bukan hanya monopoli ahli maksiat, melainkan juga menghinggapi para ustadz, ulama dan para pemimpin organisasi Islam. Dosa tentu saja akan mengurangi nilai kita di mata siapa saja, membuat kita malu pada Allah dan orang-orang beriman dan memperberat timbangan keburukan kita nanti di yaumil akhir. Untuk itulah kita harus senantiasa waspada menghindari dosa sekecil apapun. Dengan tarbiyah dzatiyah kita mencoba untuk istiqamah secara mandiri. Namun bukan berarti kita mengecilkan atau tidak lagi memerlukan peran guru, melainkan menjadikan diri kita lebih mendominasi proses ketakwaan. Bahkan keinginan kita untuk terus berguru dan menghormati peran guru diharap muncul dari kematangan tarbiyah dzatiyah kita.
Berikut ini adalah sejumlah agenda yang mungkin bisa membantu mematangkan tarbiyah dzatiyah kita:
Tanamkan motivasi kuat untuk menjadikan diri sebagai ujung tombak resistensi pengaruh-pengaruh buruk dan penjagaan serta perjuangan nilai-nilai Islam “SIAPA LAGI KALAU BUKAN KITA YG MENJADI BENTENG UNTUK MENAHAN ARUS KEMAKSIYATAN DAN DOSA”
Terus evaluasi dan tafakkur mengenali kekurangan diri, mewaspadai berbagai faktor yang dapat melemahkan. “MUHASABAH”
Tingkatkan kualitas diri dengan terus membaca, mendengar, berlatih, bertanya, bertafakur dan meminta masukan atau nasihat “TERUS BELAJAR”
Terus mamanfaatkan waktu dan menjadwal rutinitas guna menghindari terbuangnya kesempatan dengan percuma, karena seringkali kelalaian terhadap waktu dan ketiadaan penjadwalan merupakan faktor awal kegagalan tarbiyah dzatiyah. “MENGATUR WAKTU”
Tetaplah berdoa, bertobat dan bersedekah guna pemeliharaan kesalihan dan kebersihan diri, karena kondisi diri yang bersih akan membantu proses tarbiyah dzatiyah.“TAZKIYATUN NAFS”

“Dan bekerjalah kalian, nanti pasti Allah, Rasul dan orang-orang beriman akan melihat hasil kerja kalian. Dan kalian akan dikembalikan kepada Allah yang mengetahui segala yang ghaib dan nyata. Dan akan diberitakan kepada kalian apa yang telah kalian kerjakan di dunia.” (QS 9:105)
(Sumber : Kumpulan Materi Tarbiyah - Dept.Kaderisasi DPP PK Sejahtera

Tarbiyah Ruhiyah

DR. Abdullah Nashih Ulwan

Dalam Q.S. Al Anfaal:29
“Hai orang2 yang beriman, jika kamu bertaqwa kepada Allah, niscaya Dia akan memberikan kepadamu ´´furqaan´´ dan menghapuskan segala kesalahan-kesalahanmu dan mengampuni dosa-dosamu. Dan Allah mempunyai karunia yang besar“

Dan dalam Q.S. Al Hadid:28
“Hai orang2 ynag beriman, bertaqwallah kpd Allah dan beriman kepada Rasul-Nya niscaya Allah memberikan rahmat-Nya kepadamu dua bagian, dan menjadikan untukmu cahaya yang dengan cahaya itu kamu bisa berjalan dan dia mengampuni kamu. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang“

Jika kita renungkan ayat tersebut diatas, maka dengan TAQWA kpd Allah, Allah akan:
1. Memberikan furqaan kepada orang mu´min, yang dgnnya kita dapat membedakan antara yang haq dan yang bathil
2. Mengahapuskan segala kesalahan2 kita
3. Mengampuni dosa2 kita
4. Memberikan cahaya yang akan menerangi kehidupan kita, sehingga kt akan selalu mendapatkan jalan keluar yang baik dr setiap permasalahan yang dihadapi

Hakikat Taqwa
Taqwa lahir dari konsekuensi logis dari keimanan yyang kokoh, keimanan yang selalu dipupuk dgn Muroqobatullah, mersa takut terhadap murka dan adzab-Nya, dan selalu berharap limpahan karunia dan maghfirah-Nya. Atau seperti yang didefinisikan para ulama: Taqwa adalah hendaklah Allah tidak melihat kamu berada dalam larangan-larangan-Nya dan tidak kehilangan kamu dalam perintah-perintah-Nya.

Jalan untuk mencapai Taqwa
1. Muáhadah (Mengingat perjanjian)
“Dan tepatilah perjanjian dengan Allah apabila kamu berjanji….“ (Q.S.An Nahl:91)
Yaitu perjanjian seperti yang terdapat didlm Q.S. Al A´raf:172 dan Al Fatihah:5

2. Muroqobah (Merasakan kesertaan Allah)
“Yang melihat kamu ketika kamu berdiri (u/ shalat) dan melihat pula perubahan gerak badanmu diantara orang2 yang sujud“ (Q.S. Asy Syura:218-219)

Dan dalam Hadist ttg Ihsan:
“Hendaklah kamu beribadah kepada Allah seolah-olah kamu melihat-Nya dan jika memang kamu tidak melihatNya, maka sesungguhnya Allah melihat kamu“

Ibadah yang bagaimana yang bisa membuat Allah suka/cinta terhadap ibadah kita tsbt. Perbanyak Dzikir (mengingat Allah). Imam Hasan Al Bashri berkata, “Semoga Allah mencurahkan rahmat-Nya kepada seorang hamba yang selalu mempertimbangkan niatnya. Bila semata-mata karena Allah maka dilaksanakannya tetapi jika sebaliknya maka ditinggalkannya“.

Macam-macam Muraqobah:
- Muroqobah dalam melaksanakan ketaatan kepada-Nya, yaitu dengan Ikhlas
- Muroqobah dalam kemaksiatan adalah dgn taubat, penyesalan dan meninggalkannya secara total
- Muroqobah dalam hal2 yang mubah adalah dgn menjaga adab2 terhadap Allah dan bersyukur atas segala nikmat-Nya
- Muroqobah dalam musibah adalah dengan ridha terhadap ketentuan-Nya serta memohon pertolongan-Nya dgn penuh kesabaran

3. Muhasabah (Interospeksi diri)
“Hai orang2 yang beriman , bertaqwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya u/ hari esok (akhirat) dan bertaqwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang telah kamu kerjakan“
(Q.S. Al Hasyr:18)

Dari Umar al Faruq r.a. berkata, “Hisablah diri kalian sebelum kalian dihisab, timbanglah diri kalian sebelum kalian ditm yang agung (hari kiamat). Di hari itu kamu dihadapkan kepada pemeriksaan, tiada yang tersembunyi dari amal kalian barang satu pun´´

Bagaimana mungkin bisa memperbaiki diri jika tidak ada muhasabah, tanpa muhasabah maka tidaka akan ada perubahan

4. Muáqobah (Pemberian sanksi)
“Dan dalam qishah itu ada (jaminan kelangsungan) hidup bagimu, wahai orang2 yang berakal, supaya kamu bertaqwa´´ (Q.S. Al Baqarah:178)

Apabila seorang mu´min menemukan kesalahan maka tidak pantas baginya untuk membiarkannya. Sebab membiarkan diri dalam kesalahan akan mempermudah terlanggarnya kesalahan2 yang lain dan akan semakin sulit untuk meninggalkannya. Sanksi itu harus dgn sesuatu yang mubah, tidak boleh dgn sanksi yang haram

5. Mujahadah (Optimalisasi)
Mujahadah sebagaimana dl Q.S. Al ankabuut:69
“Dan orang2 yang berjihad u/ (mencari keridhaan) Kami, benar2 akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan2 Kami. Dan sesungguhNya Allah benar2 beserta orang2 yang berbuat baik´´
berarti apabila seorang mu´min terseret dalam kemalasan, santai, cinta dunia dan tidak lagi melaksanakan amal2 sunnah serta ketaatan lainnya tepat pada waktunya mala ia harus memaksa dirinya melakukan amal2 sunnah lebih banyak dari sebelumnya.

Beramal hendaknya jangan seadanya. Bersungguh2lah dalam keadaan apapun dan dalam melakukan amalan apa saja. Dalam sebuah Hadist Qudsi:
“Dari Abu Hurairah bahwa beliau berkata, Rasulullah bersabda:“Sesungguhnya Allah berfirman: Tidaklah seorang hamba-Ku mendekat kepada-Ku dengan sesuatu yang lebih Aku sukai selain dari amalan2 wajib dan seorang hambaKu senantiasa mendekat kepada-Ku dengan melakukan amalan2 sunnat, sehingga Aku mencintgainya. Apabila Aku telah mencintai-Nya, maka Akulah yang menjadi pendengarannya dan sebagai tangan yang digunakannya untuk memeganagn dan kaki yang dia pakai u/ berjalan dan apabila ia memohon kepada-Ku pasti Kukabulkan, dan jika berlindung kepada-Ku pasti Ku lindungi.’’

Berjuang melawan hawa nafsu

Nafsu adalah kecondongan jiwa kepada perkara-perkara yang selaras dengan kehendaknya. Kecondongan ini secara fitrah telah diciptakan pada diri manusia demi kelangsungan hidup mereka. Sebab bila tak ada selera terhadap makanan, minuman dan kebutuhan biologis lainnya niscaya tidak akan tergerak untuk makan, minum dan memenuhi kebutuhan biologis tersebut.Nafsu mendorongnya kepada hal-hal yang dikehendakinya tersebut. Sebagaimana rasa emosional mencegahnya dari hal-hal yang menyakitinya.
Maka dari itu tidak boleh mencela nafsu secara mutlak dan tidak boleh pula memujinya secara mutlak. Namun karena kebiasaan orang yang mengikuti hawa nafsu, syahwat dan emosinya tidak dapat berhenti sampai pada batas yang bermanfaat saja maka dari itulah hawa nafsu, syahwat dan emosi dicela, karena besarnya mudharat yang ditimbulkannya.

Sehubungan manusia selalu diuji dengan hawa nafsu, tidak seperti hewan dan setiap saat ia mengalami berbagai macam gejolak, maka ia harus memiliki dua peredam, yaitu akal sehat dan agama. Maka diperintahkan untuk mengangkat seluruh hawa nafsu kepada agama dan akal sehat. Dan hendaknya ia selalu mematuhi keputusan kedua peredam tersebut.

Lalu bagaimana solusi bagi orang yang sudah terjerat dari hawa nafsu agar terlepas dari jeratannya? Ia bisa terlepas dari jeratan hawa nafsu dengan pertolongan Allah dan taufik-Nya melalui terapi berikut :

Tekad membara yang membakar kecemburuannya terhadap dirinya.

Seteguk kesabaran untuk memotivasi dirinya agar bersabar atas kepahitan yang dirasakan saat mengekang hawa nafsu.
kekuatan jiwa untuk menumbuhkan keberaniaannya meminum seteguk kesabaran tersebut. Karena hakikat keberanian tersebut adalah sabar barang sesaat! sebaik-baik bekal dalam hidup seseorang hamba adalah sabar!.

Selalu memeperhatikan hasil yang baik dan kesembuhan yang didapat dari seteguk kesabaran.

Selalu mengingat pahitnya kepedihan yang dirasakan daripada kelezatan menuruti kehendak hawa nafsu.
Kedudukan dan martabatnya di sisi Allah dan di hati para hamba-Nya lebih baik dan berguna daripada kelezatan mengikuti tuntutan hawa nafsu.

Hendaklah lebih mengutamakan manis dan lezatnya menjaga kesucian diri dan kemuliaanya daripada kelezatan kemaksiatan.

Hendaklah bergembira dapat mengalahkan musuhnya, membuat musuhnya merana dengan membawa kemarahan, kedukaan dan kesedihan! Karena gagal meraih apa yang diinginkannya. Allah azza wa jalla suka kepada hamba yang dapat memperdaya musuhnya dan membuatnya marah (kesal). Allah berfirman : Dan tidak (pula) menginjak suatu tempat yang membangkitkan amarah orang-orang kafir dan tidak menimpakan suatu bencana kepada musuh, melainkan dituliskanlah bagi mereka dengan demikian itu suatu amal shaleh. (At-Taubah:120). Dan salah satu tanda cinta yang benar adalah membuat kemarahan musuh kekasih yang dicintainya dan menaklukannya (musuh kekasih tersebut).

Senantiasa berpikir bahwa ia diciptakan bukan untuk memperturutkan hawa nafsu namun ia diciptakan untuk sebuah perkara yang besar, yaitu beribadah kepada Allah pencipta dirinya. Perkara tersebut tidak dapat diraihnya kecuali dengan menyelisihi hawa nafsu.

Janganlah sampai hewan ternak lebih baik keadaannya daripada dirimu! Sebab dengan tabiat yang dimilikinya, hewan tahu mana yang berguna dan mana yang berbahaya bagi dirinya. Hewan ternak lebih mendahulukan hal-hal yang berguna daripada hal-hal yang membahayakan. Manusia telah diberi akal untuk membedakannya, jika ia tidak mampu membedakan mana yang baik dan mana yang berbahaya atau mengetahui tetapi lebih mendahulukan yang membahayakan dirinya maka jelas hewan ternak lebih baik dari pada dirinya.

(Dikutip dengan perubahan seperlunya dari Asbaabut Takhallush minal Hawaa oleh Al Imam Ibnu Qayyim Al Jauziyyah)arsip mosle