|Beranda|berita|Tarbiyah

Conan Edogawa dan istighfar




Ya... memang akulah pembunuhnya, dendamku sudah terbalas... dia telah membunuh keluargaku beberapa tahun yang lalu" begitulah kurang lebih pengakuan Sang pembunuh, setelah trik membunuhnya "yang cerdas" dan tersusun rapi berhasil di ungkap secara brilian oleh Sinichi Kudo alias conan Edogawa, dalam salah satu serial Film kartun detektif Conan.
pada suatu pagi waktu saya masih kuliah S-1, di sebuah warung sekitar kampus , sambil makan nasi pecel plus telur dadar, sambel kecap dan krupuk udang kesukaan saya, saya secara tidak sengaja mengikuti sebuah pernyataan seorang pemuda kepada ibu penjual warung tersebut. " Aku sangat heran dengan teman-teman kampung sini... "nakal" (berbuat kriminal) kok di kampung sendiri... nakal gak papa asal jangan di kampung sendiri..beda dengan aku.. walapun aku "nakal"... nih lihat kakiku pernah ditembak polisi.. tapi aku tidak pernah "nakal" di kampung sendiri...
Di sebuah acara berita kriminal di salah satu stasiun TV swasta di Indonesia, seorang penjambret yang ditangkap polisi, mengaku bahwa alasannya menjambret adalah untuk menghidupi anak yatim piatu. Yang tentu saja alasan tersebut ditanggapi dengan "sindiran" oleh sang pembawa acara, bahwa alasan itu mengada-ada.
Ada survey yang unik, bahwa mayoritas narapidana tidak merasa bersalah atas tindakannya. Meraka selalu punya "alasan yang masuk akal' (minimal menurut nereka sendiri) untuk melakukan kejahatan tersebut.
Ikhwah fillah, Rasulullah mengajarkan kepada kita untuk senantiasa beristighfar, mohon ampun kepada Allah atas segala dosa kita, minimal 70 kali dalam sehari. Juga di sunnahkan sebelum berdoa, diawali dengan istighfar. Apa himah di balik itu semua?wallahu a'lam.
Ketika seseorang minta ampun (dengan ikhlas dan sungguh-sungguh) kepada Allah maka tindakan itu, pasti diawali dengan persaan merasa bersalah, menyesal, takut dengan murka dan adzab Allah atas tindakan dosanya, 'sekecil" apapun kesalahan itu. Dengan bekal perasaan khouf (takut) kepada Allah inilah yang mendorong seseorang untuk bersungguh-sungguh untuk beribadah, selain karena adanya roja' (harapan) dan mahabbah (cinta kepada Allah). Tanpa adanya perasaan merasa bersalah serta takut kepada Allah, mustahil seseorang akan beristighfar kepada allah secara bersungguh-sungguh, juga dapat dipastikan orang tersebut akan sulit merasakan manisnya iman, akan sulit merasakan manisnya ibadah, akan senantiasa berkecimpung dengan kesalahan (dosa) yang sama.
Oleh karena itu kenapa para narapidana setelah keluar dari penjara kemudian menjadi residivis dan juga meningkat "karir" kejahatannya. dari seorang pencuri, menjadi pencopet, dari pencopet menjadi penjambret, dari penjambret menjadi penodong, dari penodong menjadi menjadi perampok dan seterusnya, walaupun juga tidak dinafikan ada juga yang betul-betul bertaubat. salah satu jawabannya, karena mereka tidak memiliki rasa bersalah dan menyesal, syaithon telah memberikan "tazyin" atau memandang baik kemaksiatan yang dilakukan atau bahasa yang telah kita gunakan tadi adalah 'alasan yang masuk akal" untuk melakukan kejahatan.
Walaupun tidak se"ekstrim" ilustrastri di atas, seringkali kita tidak merasa bersalah atau menyesal terhadap perbuatan dosa kita bahkan memandang baik perbuatan tersebut, nastaghfirullah al-adzim. wallahu a'lam